GEMINTANG



Cerpen oleh: M. Sabilulhaq Mardhatillah

Malam itu, Andini berdiri di depan jamaah setelah penampilan anggunnya, raut wajahnya seolah terpaut kerinduan mendalam pada keindahan yang mungkin akan ditemuinya kelak: Dia yang Maha. Suara merdunya menggema di pelataran masjid, alif... lam... mim..., bunyi huruf yang ia lontarkan terdengar jelas dan berakar tajwid-tahsin. Membuat dadaku bergetar tanpa komando.

Mungkin ini yang dimaksud dalam kalimat suci itu, kalimat yang berbunyikan keimanan akan membuat getar pada hati manusia yang diperdengarkan rasa ketauhidan. Ya, mungkin saja!?

"Indah..." kesan tertarikku ketika mendengarnya untuk pertama kali. Aku merasa, jika ini waktunya untuk mengerjakan tugas media, mungkin akan sangat cocok jika kusandingkan dengan prilaku seorang wartawan yang harus ditanamkan dalam dirinya, "mencari kebenaran". Dan satu-satunya kebenaran yang ingin kutahu darinya ialah: "Benarkah dia tetap sendiri?"

Tiga malam berturut-turut, perasaanku masih saja seperti ini. Demikian pula tindakanku, hanya diam dan menikmati lantunan ayat yang ia baca. Cemas. Sesekali sebelum naik ke atas mimbar untuk membacakan ayat suci Al-Qur'an, ia melirikku sekilas. Tidak banyak kejadian fisik yang terjadi. Batinku seolah berikrar dengan nada yang jauh-jauh dari sifat kejenuhan, "Aku adalah hati, saat ini ada pesta dalam diriku."

Gila? Tidak!

Aku jatuh cinta dengan cara yang tepat, meski belum sempat berempat mata dengannya. Tidak, bahkan berniat pun belum. Mungkin esok, lusa..., atau takkan pernah.

Lagi-lagi suara merdunya menggema di atas telingaku, nada itu seolah memaksa masuk, langsung ke otak kananku yang tengah tertidur. Kembali lagi perasaanku menukik tajam. Senyum hangatnya menelusup dari puing-puing dinginnya udara malam. Tik... tik... tik..., entahlah, suara sekecil dentik jam tanganku mendadak bergema. Batinku.

Wajah awan sudah menepis, gemuruh yang sedari tadi mengisyaratkan hujan telah menghilang. Bahkan seolah terhapus, ia benderang, sampai bintang-bintang dalam gurauan Tuhan kembali lagi menyapa senyumnya. Andai..., aku berandai-andai dalam kecemasan. Rona wajah yang tersirat darinya membuatku cemas akan arah pandang yang tak jelas. Seorang lelaki di ujung serban menyambutnya dengan senyuman.

Hendak menuruni tangga, lelaki itu menghampirinya seraya berujar dalam kegirangan, sunyi dan tenang. Aku tak mendengarnya sedikit pun, hanya saja, yang kuketahui hanya satu.
Aku cemburu.

***
Kembali kulihat para gemintang. Mengingatkanku pada sebuah novel karya Habiburrahman El-Shirazy. Ketika para santri meniatkan hati untuk terjun dalam satu kalimat yang indah: Fastabiqul Khairat. Ya. Gemintang yang kumaksud bukanlah benda langit yang kerap tertutup keindahannya oleh awan. Namun merekalah para pejuang Al-Qur'an yang tengah berunjuk kebolehan dalam tajwid, tahsin, tarjim dan tahfidz.

***
Aku tertunduk dalam kesunyian, sembari ujung komentar menggemakan rasa bangga. Seorang MC berdiri dengan senyuman, nadanya tertahan dalam perhentian napas sebelum akhirnya membuka dengan salam.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh..." tukas salah seorang MC. Seolah menularkan semangat, jamaah yang hadir pun serentak menjawab salamnya. "Ya..., hari ini kita harus bangga, para pejuang Qur'an sudah bisa menularkan senyuman mereka pada kita. haha... Berarti sekarang, semua sudah siap ya!?" sambung MC itu kemudian.

"Bagaimana? Jadi kita bacain langsung aja kali ya..." ujar MC yang satunya lagi. Seluruh ruangan seketika bergemuruh. Sebentar lagi akan dibacakan pemenang dari masing-masing lomba, membuat detak jantungku bergetar lebih cepat.

Ya, aku adalah salah satu dari mereka, Para Bintang yang dalam hatinya terpaut kerinduan mendalam. Aku ingat saat seisi ruangan diam mendengar bacaan Qur'an-ku. Sedikitnya aku menyimpan bangga, namun masih saja seperti tak terkendali, aku masih cemas. Kemudian kulirik saingan terberatku Andini. Wajah meronanya menggambarkan mental yang kokoh, bahwa dia seorang pemenang sejati.

Aku sudah dua kali kalah darinya, penampilan-penampilannya selalu saja luar biasa. Mentalku semakin ciut saat salah seorang juri menampakkan raut terpukau pada tiap penampilannya. Aku cemburu. Jelas, dia benar-benar luar biasa.

"JUARA TIGA... DIRAIH OLEH...."

"DIRAIH OLEH...."

Tibalalah saat yang ditunggu-tunggu, pembacaan gelar juara mulai terasa hawa kerasnya. Aku terdiam bukan mengamati, keringat dinginku bercucuran dari pori-pori dahiku. Tak fokus, tentu saja rasanya aneh, yang kurasakan bukanlah takut kalah, namun berharap supaya yang disebutkan MC sebagai juara ketiga adalah Andini. Entahlah, aku tak mau kalah darinya, atau mungkin tak ingin melihatnya menang. Sebagai saingan ketat yang selalu akrab, kurasa kehendakku terlalu berlebihan.

"AN...." Satu suara membuatku terkejut, ada kegetiran yang terasa menyenangkan. "ANDRA...." teriaknya melengkapi.
Yah... ternyata bukan, kekecewaan menghinggapi benak terdalamku.

"JUARA DUA... DIRAIH OLEH...."

"DIRAIH OLEH..."

"NAILAAA..."

Glek... Aku salah mengharapkan sesuatu. Aku mengharapkan kekalahan pada orang lain tanpa memikirkan diriku sendiri. Ah, rasanya berdosa sekali. Biasanya aku berada pada tahta yang saat ini diterima Naila, juara kedua. Cemas, jika Andini saja mendapat apresiasi begitu baik, sedang tahta ketiga dan kedua sudah dimenangkan orang lain, maka tak ada harapan lagi. Andinilah juara pertamanya.

Aku 'tlah salah mengharapkan sesuatu. Dan benar saja, sahut kegirangan menggema dari seluruh titik berkumpulnya jamaah yang menonton. Ruangan utama sampai beranda masjid penuh oleh penonton. Sudah dipastikan Andini-lah juara pertama, dan aku hanya diletakkan pada tahta biasa sebagai pemenang harapan.

Ya. Mungkin memang ini yang seharusnya terjadi, kecemburuanku tidak berdasar pada hal yang benar. Namun tentu, inilah awal yang benar. Ini bukan kekalahan, jangan juga ada penyesalan. Satu... dua... tiga..., seharusnya angka ini bukanlah masalah besar bagiku. Dan memang tidak boleh menjadi masalah.

Aku pun sadar akan sesuatu, pertanyaan yang kerap terngiang dalam kepalaku mengenai dia yang tetap sendiri terjawab sudah. Ia telah mengatakannya dalam tindakan, dalam lantunan mesra ayat-ayat Al-Qur'an. Ya, dia masih sendiri, sendiri dan tetap menduduki tahta pertama sendiri.

Kini aku paham. Aku jatuh cinta dengan cara yang tepat; mencintai jati diri yang
tepat; kitab suci yang tepat.

Dia... Azza wa jalla.

Info Kampus : Kurnia Sari, Penyair



Kurnia Sari, Mahasiswi komunikasi Penyiaran Islam UIN Bandung yang cukup terkenal di kalangan penyair se-Jawa Barat. Ia telah menerima sedikitnya empat kali juara 1, tiga kali juara 2, dan sekali juara 3 dalam lomba membaca puisi tingkat nasional maupun lokal

Rep: M. Sabilulhaq Mardhatillah

Info Masjid : Al- Inayah Komplek Bumi Harapan


Masjid Jami' Al- Inayah dibangun antara tiga blok di komplek Bumi Harapan: Blok AA, DD, dan EE. Masjid ini dikenal warga sebagai masjid termegah di komplek Bumi Harapan, karena bangunan dan ruangannya yang luas.

Rep: M. Sabilulhaq Mardhatillah

H. Aceng : Masjid At-Taufiq Butuhkan Jurnalis Muslim


Dakwahpos, Bandung- Mansjid Jami' At-Taufiq adalah mansjid yang berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia. Masjid yang berlokasi di tengah-tengah pemukiman warga ini memang tidak strategis untuk memberikan informasi  kepada masyarakat,  sehingga dibutukannya media informasi untuk selalu mengupdate berita tentang kegiatan masjid atau bantuan untuk masjid.

"Sebenarnya informan sudah ada, namanya pak Umar, tapi yang namnya dari mulut kemulut kadang suka salah informasi atau tidak sampai informasinya, sekarangkan sudah zamannya internet, banyak juga warga yang pakai internet dan itu bisa kita manfaatkan untuk media informasi". Ujar H. Aceng (74) Rabu (21/12/216).

Memang tidak bisa dipungkiri, saat ini memang internet menjadi pusat informasi yang paling digemari. Selain cepat dan akurat, banyaknya sumber-sumber membuat informasinya semakin berkembang.

"Pas tahu ada yang mau liputan saya senang sekali, ini sangat membantu saya dalam menyampaikan informasi kepada warga dan masyarakat lainnya. Ini yang dari dulu saya tunggu-tunggu, saya juga berencana untuk membut akun media sosial sebagai ladang informasi masjid". Pungkas H. Aceng.

Jurnalis muslim saat ini memang sudah sangat jarang ditemui, apalagi jurnalis yang meliput kegiatan masjid dan menjadi sumber informasi. Apalagi keberadaan masjid yang tidak banyak diketahui oleh khalayak, hanya warga sekitar saja. Membuat keberadaan jurnalis muslim sangat dibutuhkan. 

Reporter : Hanifah Fajriani KPI/3B

Komunikasi Lintas Budaya

Resensi oleh : Fitriyani Maryani

DATA BUKU
Judul              :  Komunikasi Lintas Budaya (Memahami Teks Komunikasi, Media, Agama, dan Kebudayaan Indonesia)
Penulis           : Dr. Dedi Kurnia Syah P., M.Ikom.
Penerbit         :  Simbiosa Rekatama Media
Tahun Terbit :  2016
Tebal Buku   :  156 Halaman
Harga Buku  :   Rp.45.000

Buku ini adalah karya Dedi Kurnia Syah P., lahir pada Desember 1989. Beliau mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam. Magister Ilmu Komunikasi dalam kajian Media dan Komunikasi Politik di Universitas Mercubuana Jakarta, dan Program Doktoral Universitas Sahid Jakarta dalam kajian Media dan Diplomasi Politik. Saat ini, aktif sebagai pengajar tetap di Telkom University Bandung. Selama mengajar, ia juga aktif menulis. Karya tulis yang telah diterbitkan membahas tentang media dan komunikasi politik.

Keragaman budaya (curtural diversity), atau dalam istilah lain disebut multicultural, adalah keniscayaan komunitas manusia penghuni bumi. Keragaman budaya adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat ini juga terdiri atas berbagai kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Keragaman budaya menandakan adanya dinamika kemanusiaan yang stabil dan saling melengkapi kehidupan sehingga interaksi antarmanusia yang berbeda menjadi satu warna atau harmonis. Budaya tidak lahir dari kearifan semata. Ritme kemajuan komunikasi turut serta membangun budaya baru, konsumerisme, pop-culture, budaya massa, budaya media dan masyarakat, hingga terbentuknya masyarakat multisosial.

Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda, baik dalam bentuk rasial, etnis, entitas budaya, maupun kelas-kelas sosial, seperti ekonomi, gender, dan politik. Kajian yang secara khusus membincang persoalan pembeda tersebut adalahinterrelation culture. Komunikasi lintas budaya juga dinamika sebagai kajian kolaboratif yang menggabungkan semua unsure perbedaan menjadi satu kesatuan. Komunikasi dalam kajian kebudayaan merupakan satu penyegaran gagasan yang kemudian disebut sebagai "retasan jalan baru" atas penerjemahan budaya, yang kerapkali didominasi oleh antropologi dan sosiologi. Buku ini menawarkan sudut pandang berbeda mengenai budaya. Koridor komunikasi begitu dominan, multiperspektif, dan mengarus zaman.

Komunikasi menjadi kajian yang lebih filosofis, tidak sekedar mengurai proses interaksi antarmanusia kebudayaan secara transaksional. Kontekstualitas tersebut terbaca dari beberapa bab yang juga menafsirkan budaya sebagai produk dari transaksi komunikasi, yang berlangsung secara terus menerus, melalui konflik dan negosiasi antartradisi yang berbeda. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa ilmu komunikasi, antropologi, dan sosiologi, serta Anda yang berminat terhadap kajian komunikasi dan budaya. Kajian penting buku ini, diantaranya mengenal keragaman budaya, budaya komunitarianisme, interpretasi kebudayaan, dan budaya media.

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Tak Ada Batas Usia untuk Beramal



Cerpen oleh : Fitriyani Maryani

    Terik matahari membuatku penuh dengan keringat, kuusap sejenak kelelahanku sambil menyusuri jalan dengan mengendarai sepeda motor kutengok kanan dan kiri. "Disana, berhenti disana ri. Ada sebuah masjid di pinggir jalan" Ujar temanku. Kami sedang mencari sebuah masjid untuk tugas mata kuliah. Namaku Fitriyani, teman-temanku biasa memanggilku Riri dan temanku ini namanya Ima. Kami mendapatkan tugas penelitian/liputan tentang Masjid dari salah satu mata kuliah yang sedang kami jalani di semester 3 ini. Akhirnya aku mematikan sepeda motorku dan memarkirkannya di halaman masjid. "Permisi pak.. Boleh saya bertanya, DKM Masjid ini siapa ya?" ujarku. Saat itu kami sedang bertanya-tanya kepada salahsatu marbot yang ada di masjid. Segeralah marbot itu memberitahu dan kami langsung menuju rumahnya.

"Benarkah ini rumahnya?" Ima pun mulai memastikan.

"Aku pikir memang ini rumahnya" Jawabku.

Seiring waktu berjalan setelah kami mendapatkan satu masjid, aku sepakat masjid ini yang akan dijadikan penelitian Ima untuk tugasnya. Lantas aku mencari masjid lain dan kami berkeliling, setelah beberapa menit akhirnya kami menemukan salahsatu masjid yang berada di tepian jalan. Aku bertanya kepada Ibu-ibu yang sedang mengobrol di warung dekat masjid itu.

"Assalamu'alaikum.. Punten bu, kalau DKM masjid ini rumahnya di mana ya?" Tanyaku tanpa basa-basi,

"Wa'alaikumsallam neng. Oh DKM nya bapak Endang, rumahnya masuk gang pinggir masjid ini." Jelas seorang ibu yang terlihat sudah berumur. Akupun mengangguk bingung dengan jawaban ibu ini, aku tidak tahu pasti dimana rumahnya jika aku sudah memasuki gang itu.

"Hayu bareng sama ibu aja neng, kebetulan ibu mau pulang dan rumahnya dekat dengan rumah ibu." Ajaknya.

"Oh iya bu dengan senanghati, hatur nuhun bu." Berjalanlah kami menuju rumah DKM Jami Miftahussa'adah.

Aku dan Ima tidak mengetahui siapa nama ibu ini, namun perjalanan kecil kami di iringi dengan obrolan ringan berkat adanya si Ibu. Sesampainya ditempat tujuan langsung aku mengetuk pintu bapak Endang. Ucapan salam sudah terlontar 3kali dari mulut kami dan tak ada satupun jawaban. Hadirlah seorang anak SD yang terlihat akan memasuki rumah itu, "Dik, adik penghuni rumah ini? Bapak Endang nya ada? Boleh dipanggilkan bapaknya." Entah kenapa aku langsung menanyainya dengan berbagai pertanyaan inti, lagi-lagi tanpa basa-basi. "Iya teh, duka atuh. Bentar ya.." Ujar anak itu memasuki rumahnya. Tak lama seorang kakek paruh baya muncul di hadapan kami. Aku menanyakan beberapa pertanyaan dibantu Ima dan mencatat data yang aku perlukan. Dengan keterbatasan pendengarannya bapak Endang menjawab pertanyaan kami. Yang kami butuhkan untuk tugas awal hanya data Masjid nya saja, maka dari itu hanya beberapa ulasan pertanyaan dan kami langsung pulang.

Hari sudah gelap menandakan giliran bulan yang bersinar, aku membuka kembali catatan yang tadi siang tentang data Masjid Jami Miftahussa'adah. Kulihat kembali dengan teliti dari lensa kacamata ini, ternyata nomor telepon nya tidak ada. Ah aku baru ingat tadi bapaknya lupa dengan nomor teleponnya dan entah kenapa aku buru-buru lantas aku jawab tidak apa-apa lain kali saja. Bodohnya aku padahal itu salahsatu sumber untuk menghubunginya.

Beberapa hari kemudian aku dan Ima menyusuri kembali jalan menuju Masjid, ku naikan gas motorku kali ini untuk wawancara. Kupersilahkan Ima untuk pertama mewawancarai narasumbernya, kutemani dia. Sudah beberapa menit berlalu dan usai sudah wawancaranya. "Alhamdulillah gak ada hambatan ya ri." Ujarnya lega dan aku hanya tersenyum menjawabnya. Petang ini aku kembali menuju rumah bapak Endang yang akan ku wawancarai.

"Silahkan masuk.." Bapak Endang mempersilahkan.

"Iya pak, terimakasih." Jawab kami sungkan.

Sebenarnya beliau sedang beristirahat tidur siang, aku merasa tak enak kepada beliau. Tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur kami mengganggunya. Sejarah berdirinya Masjid aku tanyakan kepadanya, terkadang pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Aku maklumi saja karena memang beliau sudah lanjut usia. Setelah mendengar ceritanya tentang sejarah Masjid ini aku bertanya bagaimana bisa beliau masih menjadi seorang DKM di usia lanjutnya sekarang. Panjang lebar beliau menjelasakannya kepadaku.

Ternyata memang ada seorang donatur yang berpesan dulu ketika beliau masih muda dan sudah menjadi DKM Jami Miftahussa'adah bahwa tidak boleh mengganti DKM nya sebelum bapak Endang meninggal. Aku sontak kaget, memangnya alasan apa yang membuat donatur tersebut berkata seperti itu. Singkat cerita maka dari itu sampai sekarang tak ada yang menggantikan beliau. Bukan karena tidak ada orang yang ingin menggantikannya, hanya saja bapak Endang memang tidak akan menyerahkan posisi itu kepada orang lain sebelum beliau meninggal dunia. Beliau hanya ingin menjaga amanah donatur tersebut.

Memang tidak sulit menjadi seorang DKM dan menjalankan tugasnya apalagi masjid ini memang tidak begitu besar. Namun di usia 70 tahun keatas bukankah seharusnya beristirahat apalagi dengan kondisi yang mulai renta. Aku terheran-heran dengan Ima, dengan penasaran Ima bertanya.

"Pak, bagaimana rasanya menjaga amanah itu dan apa keluh kesahnya sejauh ini, apakah bapak merasa kesulitan?"

"Tidak ada kesulitan sejauh ini bapak senang-senang saja dan sudah kewajiban bapak menjaga amanahnya. Selagi bapak masih bisa beramal kenapa tidak. Lagi pula bapak kan menjaga rumah Alloh, tidak ada satupun kesulitan yang bapak rasakan" Jelasnya. Kami tersentuh dengan jawaban beliau.

"Lalu bapak akan menjadi DKM sampai maut menjemput?" Tambahku.

"Iya, insyaalloh selama bapak masih mampu. Jamaah disini juga sudah pada tahu kalau bapak sudah lama menjadi DKM di Masjid Jami Miftahussa'adah." Jawabnya.

Setiap sebelum adzan bapak Endang Abdurrohim selalu melangkahkan kaki nya menuju tempat beribadah umat Islam itu. Tak terlewatkan setiap waktunya sholat dari subuh hingga isya kecuali saat kondisinya sedang sakit. Jamaah yang sering sholat di masjid pun memang rata-rata orangtua renta, namun tak sedikit anak-anak muda yang memenuhi masjid itu. Kegiatan pengajian yang aku tahu pun hanya pengajian bapak-bapak. Namun bapak Endang tidak berhenti menjadi tamu Baitulloh tersebut.

Kami terenyuh dengan kisah beliau yang menjadi inspirasi bagi kami. Betapa berharga sebuah keikhlasan bagi siapapun hingga menjadi sebuah amalan sholihah bagi yang menjalankannya. Beliau menunjukkan kepada kami bahwa jika ingin beramal maka jangan kenal  usia, waktu, dan usaha. "Semoga Alloh senantiasa memberi bapak kesehatan untuk bisa terus beramal." Ujarku kepada beliau. "Aamiin, terimakasih neng." Pamitlah kami kepada beliau. Ku putar balikkan motorku dan melaju ke arah jalan pulang.

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung       

Rayakan Perbedaan Nikmati Keberagaman

Oleh : Fitriyani Maryani
 
Keberagaman merupakan suatu yang niscaya, keberadannya bukan untuk dipertentangkan, akan tetapi disikapi secara arif. Kerena perbedaan adalah modal besar menuju perubahan. Bangsa Indonesia adalah bukti dari keberagaman tersebut. Penyatuan akan segala keberagaman tersebut pada akhirnya membawa bangsa ini pada satu titik tujuan bersama, kemerdekaan.

Dalam dunia sepak bola, hal demikian bukan suatu yang asing untuk kita jumpai. Sebuah tim besar tidak mungkin dihuni oleh para pemain satu rumpun, satu warna kulit atau mungkin satu keyakinan. Sebut saja Tim Nasional Indonesia, finalis Piala AFF tahun ini. Yang dihuni pemain dari semua penjuru Nusantara.
Di Indonesia, para pemain begitu beragam. Kulit hitam dan kulit putih bukan menjadi persoalan. Kekompakan antar pemain mengantarkan tim merah putih ini mampu mengantarkan Boaz Solossa dkk kebabak final sebagai penantang Tim Gajah Putih Thailand. Meskipun, Indonesia menjadi salah satu negara underdog untuk merebut tahta yang digelar dua tahunan tersebut, namun tak membuat tim Garuda ketar-ketir untuk bersaing dengan negara-negara se-Asia tenggara.

Kekompakan antar punggawa menutupi perbedaan yang ada. Kita tak habis pikir jika perbedaan kulit, ras, suku, bahkan agama menjadi persoalan pada sebuah tim sepak bola. Mungkin sang arsitek lapangan Alfred Riedl yang non-muslim tidak akan memanjakan Zulham Zamrun dan Rizky Pora yang beragam Islam. Tapi, Riedl tak pernah membedakan perlakuan pada para punggawa timnas Garuda, baik itu Boaz Solossa yang berkulit hitam atau Ferdinand Sinaga yang berkulit sawo matang. Keduanya akan selalu dimanjakan dengan racikan strategi jitu dari sang arsitek lapangan demi kemenangan tim.

Bahkan, perbedaan agama tidak menjadi penghalang mereka untuk selalu menyajikan permainan indah. Semuanya selalu mengutamakan kepentingan tim dari pada persoalan keyakinan yang melekat pada mereka. Alhasil, tim merah putih berhasil menembus partai final meski hanya sebagai runner up.

Dari contoh di atas kita bisa belajar bagaimana sebuah perbedaan bisa berjalan beriringan. Penulis rasa bukan suatu yang berlebihan, jika kita belajar pada kejadian sederhana pada sepak bola tersebut. Artinya, berkaca pada sepak bola tersebut kita akan menjadi bangsa yang saling menghargai satu sama lain. Tanpa perlu mempedulikan dari mana asalnya, apa warna kulitnya dan apa agamanya. Kebersamaan jauh lebih penting daripada persoalan ego, baik pribadi maupun kelompok. Sesuai dengan semboyan agung bangsa ini, bhineka tunggal ika.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk bukan atas ego kelompok tertentu. Akan tetapi, NKRI lahir karena paraFounding Fatherskita dulu berada dalam satu kepentingan yang sama. Bahwa segala bentuk penjajahan dan penindasan harus dimusnahkan dari muka bumi ini.

Artinya, tidak penting menempatkan kepentingan pribadi atau kelompok dalam kehidupan ini. Kepentingan bersama jauh lebih penting dijadikan tujuan demi terciptanya sebuah kerukunanan antar warga Negara, tanpa terkecuali. Menjaga keutuhan NKRI, salah satunya adalah dengan menjaga kerukunan antar umat beragama. Bagaimana pun, hal itu sudah menjadi amanah yang tertuang dalam UUD 45, sebagaimana disepakti bersama.

Oleh karenanya, semua elemen di bangsa ini sudah seharusnya bahu membahu satu sama lain. Apapun warna kulitnya, dari mana pun asal daerahnya, apapun kelompoknya, bahkan apapun agamanya itu hanya bagian kecil yang tidak akan berarti apa-apa. Tapi, jika perbedaan itu kita satukan, maka akan menjadi kekuatan besar bangsa ini. Dan faktanya, bangsa ini dilahirkan dari penyatuan perbedaan yang ada.Dengan demikian, keutuhan NKRI bukan menjadi tanggung jawab suku atau agama tertentu. Tetapi, menjaga keutuhan NKRI adalah tugas semua warga Negara Indonesia, tanpa ada pengecualian.

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Antara Aku, Kakek, dan Masjid





Cerpen oleh: Megandini Al-Fiqri

Suara jangkrik, kodok, dan puji-pujian di Masjid kian bersautan. Waktu menunjukan pukul 2.30, nenekku sudah bangun tahajud, kemudian pergi ke dapur  seraya menyalakan api di hawu. Aku sendiri kembali membenahi tidurku agar tertutup rapat selimut. Kami tinggal berdua di sebuah gubuk dekat pesawahan desa Cijengkol.

"Den, Bangun! Ngaji! Ayo cuci muka! Cepat pergi ke Masjid!" aku terbangun dari tidurku. Nenekku memang seperti itu, ia selalu membangunkan ku 2 jam sebelum adzan berkumandang. Terkadang, aku kesal, mengapa beliau menyuruhku pergi ke Masjid sepagi itu. Padahal, mataku masih mengantuk, badanku pun menempel rapat di kasur, lagipula di Masjid tidak ada siapa-siapa. Yang ada hanyalah Kakek Tua penunggu Masjid yang sedang komat-kamit wiridan.

Aku buru-buru pergi ke Masjid, tidurpun takkan nyenak. Nenekku akan terus mengoceh hingga aku bangun dan pergi ke masjid. Tak lupa kucium punggung tangan Nenekku yang sudah keriput. "Umi, Nden berangkat dulu yah," ucapku pada nenek.

Sesampainya disana, seperti biasa aku duduk diteras masjid sambil mengamati sekeliling bangunan masjid yang kokoh dan klasik. Namun, seketika pandanganku terpaku kearah kakek tua yang duduk didekat mimbar. Seperti biasa ia duduk menghadap utara, tasbihnya terus diputar-putar oleh jemarinya, matanya begitu sayu, badannya sudah tak sekuat dulu lagi. Namun, senyuman yang tersungging dari bibirnya memiliki ketentraman tersendiri bagi yang melihatnya.

Tak kusangka, kakek tua itu melambaikan tangannya ke arahku. Aku menoleh ke kanan dan kekiri, tidak ada siapa-siapa disana kecuali diriku. Akupun menghampirinya. "ada yang bisa saya bantu kek?" kakek tua itu tidak mengatakan apapun, ia hanya menunjukan tangannya pada karpet masjid, ia memberi isyarat kepadaku agar duduk didekatnya.

Kakek itu mulai membuka mulutnya dan berkata kepadaku "Muka bumi ini semuanya dihamparkan oleh Allah sebagai masjid, tempat yang kamu duduki sekarang hanya fasilitas manusia untuk bersujud. Sayangnya, tidak banyak orang yang senang mengunjungi tempat ini. Mereka hanya menganggap Allah sebagai pelayan mereka, padahal mereka sendiri adalah Hamba-Nya. Datang saat memiliki permintaan, tapi lupa mensyukuri saat diberi. Kakek, nitip masjid ini ya. Kamu gantikan Abah Shalawat disini,"ucapnya. Kemudian kakek itu menyodorkan mic yang menyala kearahku. Aku hanya dapat menganggukan kepala mengamini permintaan kakek itu. Dengan ragu-ragu mulai kuambil mic itu dan bershalawat. Awalnya aku canggung, namun lama kelamaan aku nyaman bersenandung  shalawat disana. Aku menoleh kebelakang, aku kaget kakek tua yang tadi aku lihat sudah tidak ada.

Tak lama kemudian, tiba-tiba Pak Parman ketua RT desa Cijengkol, masuk masjid dengan tergesa-gesa. Akupun mematikan mic dan duduk menjauh dipojok ruangan.

"INNALILLAHI…WA INNA ILAIHI ROOJIUN 3*

TELAH PULANG KE RAHMATULLAH ABAH SUMA BIN MALIK PUKUL 02.30 DI RUMAH SAKIT SYAMSUDIN.

BAGI WARGA YANG HENDAK MELAYAT DIHARAP SEGERA MERAPAT KE RUMAH DUKA".

Kakiku seketika lemas, lututku tak dapat digerakan, bulu kudukku  merinding, keringat dingin keluar dari dahiku, aku masih bingung dan tak percaya. Abah Suma, Marbot sekaligus sesepuh masjid ini meninggal, padahal Beberapa menit yang lalu Abah Suma ada di Masjid ini dan sempat mengobrol denganku. Jika Abah Suma meninggal di Rumah sakit, lalu siapa orang yang ada di masjid tadi? Aku tak dapat bercerita kejadian ini pada siapapun termasuk kedua orang tua & nenekku.

Bendera kuning masih berkibar di depan rumah Abah Suma, aku pergi melayat kesana bersama tetangga dan sanak saudara. Mayat Almarhum masih terbujur kaku ditengah rumahnya, dibalut kain putih nan bersih, isak tangis keluarga, dan lantunan ayat suci alqur'an menyatu dalam irama sendu. Kubuka sedikit kain kafan itu, Abah Suma masih tersenyum. "Subhanallah,"ucapku dalam hati. Semasa hidupnya kegiatan beliau memang tak pernah keluar dari lingkungan masjid. Meskipun rumahnya kecil, tapi pelayat yang berdatangan sangat banyak. Ah, bagaimana tidak, semasa hidupnya beliau selalu membantu & meringankan beban orang lain.

Diantara isak tangis duka, terdengar bisik-bisik tetangga yang menyayangkan kepergian beliau "hiks… hiks... hiks, kenapa orang sebaik beliau harus dipanggil duluan Ya Allah. Mungkin Allah sangat merindukannya" ucap salah satu warga disana. "Beliau itu orang yang paling aneh, seluruh uang yang ia miliki ia sumbangkan untuk masjid ini, sedangkan Ia tinggal dirumah kecil seperti ini," tambah yang lain. "Padahal punya kerjaan bagus di kantor pemerintahan, malah pensiun dan jadi marbot masjid walaupun begitu beliau selalu tersenyum dan ramah pada semua orang," sambung yang lain. Pikiranku mengawang-ngawang mengingat perjumpaanku dengan Abah di Masjid.

Sejak hari itu, setiap qobla shubuh aku selalu membacakan lantunan ayat suci Al-Qur'an disana. Tak lupa kupanjatkan doa untuk kakek Suma Marbot Masjid ini. Tak hanya itu, hampir separuh waktuku kuhabiskan di Masjid. ketika terbitnya fajar, hingga terbit matahari pagi aku ada di masjid.  Entah membaca shalawat, Shalat Tahajud, bersih-bersih atau hanya sekedar melamun di serambi masjid. Siangnya aku membantu ibu-ibu mencuci piring atau sekedar menyiapkan camilan untuk ibu-ibu pengajian, Sorenya aku pun sudah standby mengajar anak kecil mengaji di masjid hingga Isya.

Seluruh waktuku ku abdikan disini. Bukan karena wasiat Abah Suma, bukan pula karena rasa takutku akan kematiannya, akan tetapi karena rasa nyaman yang tercipta didalam masjid dan keinginan dari lubuk hati yang terdalam untuk selalu kembali ke rumah Tuhan.

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Handbook of Public Relations: PengantarKomprehensif


Resensi Oleh: Megandini Al-Fiqri
DATA BUKU:
  
Judul Buku : Handbook of Public Relations: PengantarKomprehensif   
NamaPenulis : Dr. ElvinaroArdianto,M.Si   
Penerbit : SimbiosaRekatama Media   
TahunTerbit : 2011   
ISBN : 978-979-3782-78-2   
Tebal : 374 Halaman  

Saat ini, sudah memasuki era image war (perangcitra), di mana masalah pencitraan menjadi asset sebuah lembaga, perusahaan, dan organisasi untuk membangun citra positifnya agar mendapat dukungan dan simpati dari publik. Eksistensi sebuah lembaga, perusahaan, organisasi nirlaba memerlukan dukungan dan simpati public mereka. Hal ini menjadikan kegiatan PR sebagai suatu keharusan. kegiatan PR dilakukan tidak secara asal-asalan, tetapi harus berdasarkan konsep yang  jelas didukung fakta yang ada.

Dua dekade kebelakang, Istilah Public Relations (PR) atau humas (hubungan masyarakat) merupakan sesuatu yang belum begitu familiar atau masih asing ditelinga masyarakat. Padahal, perkembangan PR Indonesia demikian pesat sehingga bermunculan PR di pemerintahan, perusahaan swasta, BUMN (Badan Usaha Milik Negara), organisasi nirlaba atau lembaga swadaya masyarakat. Pada era tahun 1980-an, lahir pula perusahaan konsultan PR, yang kiprahnya sebagian besar di Ibukota Jakarta.

PR adalah sebuah ilmu dalam rumpun ilmu sosial, dan menjadi bagian dari Induknya IlmuKomunikasi. Selain ilmu, PR pun menjadi sebuah profesi di bidang komunikasi, yakni profesi sebagai Public Relations Officer (PRO/ pejabat humas) di lembaga atau perusahaan.

Buku ini menjelaskan semua hal yang "wajib" dan perlu diketahui oleh insan Public Relations (PR). Semua yang diuraikan disini merupakan pengetahuan dasar bagi calon dan pejabat PR, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Dengan mengetahui dan memahaminya, diharapkan akan lahir insan-insan PR yang professional yang dapat mengembangkan citra dan reputasi lembaga, perusahaan, dan organisasinya.

Buku Handbook of Public Relations ini terdiri dari 13 Bab. Mulai dari pengertian dan definisi PR, Evolusi dan Sejarah PR, Identitas, Citra dan Reputasi Perusahaan, PR sebagai Ilmu dan PR sebagai profesi, Hubungan Internal dan Eksternal PR, Publik-publik dalam PR, Media PR, Penulisan PR, Proses dan Aspek Manajemen PR, Spesialisasi dan Praktik PR, Metode PR, PR dan Manjaemen Krisis, sampai Penelitian PR.

Disusun berdasarkan pengalaman mengajar penulis di Jurusan Humas Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran sejak tahun 1989, dan di berbagai perguruan tinggi swasta, serta aktivitas penulis sebagai pengurus cabang dan pusat Perhumas, juga sebagai direktur konsultan PR yang penulis dirikan.

Buku ini memiliki keunggulan tersendiri, Gaya penulis dalam penulisan buku tentang "HANDBOOK OF PUBLIC RELATIONS; PENGANTAR KOMPREHENSIP" begitu baik dan rapi. Selain itu penulis juga menyisir penjelasan seputar Humas (hubungan masyarakat) secara jelas dan terperinci. Tulisan-tulisan yang disajikan, bisa menjadi lawan berfikir bagi para PR maupun pembaca  yang tentunya berkenan membaca buku ini.

Hadirnya buku ini sebagai salah satu upaya untuk mengatasi orang-orang agar tidak sembarangan dan seenaknya menggeluti profesi PR tanpa dibekali pengetahuan dan ilmu pengetahuan tentang PR, dimana beberapa matakuliah tidak bisa dipelajari secara otodidak dalam profesi PR.

Menurut saya Buku ini sangat cocok untuk semua kalangan mahasiswa, para akademisi, Dosen, terutama praktisi Public Relations, baik di lembaga pemerintahan, swasta, maupun organisasi profit dan nonprofit. Meskipun telah banyak buku-buku yang membahas tentang Public Relations, Tetapi buku itu kebanyakan ditulis oleh pakar-pakar PR diluar negeri, sehingga kurang begitu sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia.

Dalam buku ini, setiap topic umum, maupun khusus diulas secara mendetail. Akan tetapi sayangnya, karena penjelasannya cukup luas, tentu diperlukan waktu tidak sebentar untuk menyelesaikan bacaan ini. Saran saya setelah membaca buku ini anda diharapkan dapat mempelajari atau mempraktekan langsung teknik PR yang dibahas dalam buku ini.

Karya berjudul HANDBOOK OF PUBLIC RELATIONS PENGANTAR KOMPREHENSIF yang diterbitkan Penerbit Simbiosa ini patut untuk dibaca dan dimiliki oleh setiap pelajar maupun umum. Buku ini tak begitu menarik tapi serat makna yang terkandung dalam buku ini begitu banyak dan baik. "If I was down to the last dollar of my marketing budget I'd spend it on PR!"  (Bill Gates).


Meski Fasilitas Terbatas, Kegiatan Pengajian Masjid Istiqomah Terus Berjalan


Dakwahpos.com, Bandung- Jika membicarakan kegiatan belajar mengajar di madrasah Istiqomah mulai dari kelas 1 diniyah sampai kelas 6, para guru memanfaatkan masjid sebagai ruangan untuk belajar, mulai dari lantai 1 sampai lantai 2.

Empon (60)  selaku bendahara madrasah Istiqomah mengatakan bahwa disini kami memanfaatkan fasilitas yang ada, kalau ditanya harus bayar , sama sekali kami selaku guru tidak memungut biaya sepeserpun, tapi orang tua murid terkadang memberikan uang, dan kami sebagai guru menganggapnya sebagai sedekah.

"Awalnya mah anak-anak cuma ikut ngaji seperti biasa, tapi dari tahun-ketahun akhirnya dibentuklah madrasah walaupun fasilitas kurang" ujarnya kepada Dakwahpos.com Rabu (21/12/16)

Walaupun kegiatan belajar mengajar dengan fasilitas yang kurang akan tetapi tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk belajar di Istiqomah.
Reporter: Muhamad Umar, KPI/3B

Masjid Istiqomah Selenggarakan Pengajian dari Rumah ke Rumah


Dakwahpos.com, Bandung- Pengajian rutinan yang biasa disajikan setiap minggu ke tiga, tidak selalu dilakukan di masjid Istiqomah, melainkan pengajian, dilaksanakan dirumah warga yang siap menampung, dalam setiap kegiatan pengajian tersebut.

Manijan (45) selaku ketua DKM masjid Istiqomah mengatakan bahwa kegiatan pengajian rutinan yang biasa digelar, tidak hanya di masjid saja akan tetapi kita laksanakan di rumah warga yang siap menampung segala aktivitas pengajian.

"Biasanya pengajian diadakan pada minggu ke dua dirumah warga kemudian lanjut minggu ketiga dilaksanakan di masjid Istiqomah, akan tetapi pengajian sekarang baru dilakukan dirumah warga saja, dikarenakan kepengurusan baru dan musyawarah kerja, sepakat untuk memulai pengajian rutin di masjid Istiqomah akan di jadwalkan kembali awal bulan januari 2017" ujarnya kepada Dakwahpos.com Selasa(15/12/16)

Reporter: Muhamad Umar, KPI/3B

Ketua DKM Masjid Istiqomah : Ahok Harus ditahan



Dakwahpos.com, Bandung-  Aksi bela Islam yang berturut-turut dilakukan oleh umat muslim terkait mengenai perkataan Ahok yang disinyalir menistakan agama Islam, aksi ini berlanjut hingga jilid tiga , bahkan aksi yang terakhir kemarin sampai 7 juta lebih umat muslim berkumpul.

Dalam sidang perkara, Ahok hanya baru dijadikan sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama Islam, banyak yang mengecam atas apa yang dilakukan Ahok  terhadap sikapnya yang terlalu arogan dan berani meremehkan kitab suci Al-qur'an.

Manijan (45) selaku DKM masjid Istiqomah mengatakan bahwa sidang perkara Ahok tentang penistaan agama secepatnya harus segera selesai dan akan  merugikan banyak pihak, apalagi umat Islam jikalau sidang itu tidak diselesaikan dengan baik.

"saya sebagai muslim akan sangat kecewa jika sidang perkara Ahok mengenai penistaan agama tidak diselesaikan secara transparan. Apabila seorang Ahok dibebaskan dari sidang, maka tidak menutup kemungkinan akan ada lagi bela Islam yang selanjutnya" ujarnya kepada Dakwahpos.com, Kamis (15/12/16)

Reporter: Muhamad Umar, KPI/3B

Dimanakah Pahlawan Itu?



Oleh Muhamad Umar

Pahlwan, kata ini memang pantas untuk diucapkan kepada para pejuang yang telah berani dan gagah menumpas penjajah, tidak sedikit pula yang rela mengorbankan nyawa untuk bangsa Indonesia. Kepahlawanan merupakan tindakan seorang pahlawan yaitu sikap yang dimiliki oleh seseorang dengan keberaniannya, keperkasaanya, dan kegagahannya untuk senantiasa berkorban membela kebenaran dan keadilan.

Orang yang memiliki jiwa kepahlawanan berarti tidak menutup kemungkinan ia akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan rela berkorban seperti halnya pendahulu kita yang pada waktu masa penjajah, mereka berani mengusirnya sampai akhirnya negara Indonesia berdiri dengan merah putihnya. Pada masa itu merupakan masa yang amat dikenang bagi masyarakat Indonesia.

Negara Indonesia dewasa ini, sudah mulai tergoyahkan ibarat seperti kapal yang mau oleng, miris ketika melihat negara kita saat ini,  banyak sekali asing aseng yang ingin merebut Indonesia , sudah mulai nampak jelas jejak-jejak si asing aseng ini contohnya seperti kasus pengibaran bendera China di Maluku Utara. Apakah ini yang namanya merdeka, saya rasa tidak kita dijajah secara tidak sadar. Muda-mudi kita yang seharunya bisa meneruskan perjuangan para pahlawan akan tetapi yang kita lihat saat ini miris.

Muda-mudi kita disibukkan oleh tawuran, geng motor, narkoba, pergaulan bebas dan lain sebagainya, apakah ini yang disebut penerus bangsa ?, Indonesia sudah mulai terkepung bung, pemerintah seakan tidak peduli, yang memang sudah tidak peduli mungkin, pedulinya hanya pada kerjasama asing aseng yang berujung merugikan bagi bangsa Indonesia itu sendiri.

Satu kata untuk bangsa ini, yaitu ironis, ketika pemerintah kita secara suka rela dijajah dengan kerjasama kepalsuan si asing aseng. Kita bisa lihat sendiri hasilnya mulai dari pemberitaan uang terbaru Indonseia yang menyerupai uang yuan China, apakah ini bentuk penjajahan yang secara tidak langsung tidak disadari. Banyak sekali pahlawan yang dihilangkan pada mata uang Indonesia yang baru ini, seperti kapten Patimura, atau tuanku Imam Bonjol.

Kita semua harus mulai bangkit sadar, untuk segera mengusir si asing aseng, kita gabungkan semua elmen mulai dari cendikiawan , tokoh dan para mahasiswa untuk menghilangkan para penjajah yang bertopengkan kebaikan dan janji-janji busuk pemerintah diktator. Semoga semangat pejuang para pahlawan menular kepada kita semua. Kalau tidak bergerak niscaya kita dibunuh secara perlahan. 

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Banjir, Siapa Yang Harus Disalahkan?



Oleh : Muhamad Umar

Penomena banjir saat ini sudah biasa terjadi dimana-dimana, apalagi terjadi seperti dikota Jakarta bahkan di kota Bandung pada waktu minggu-minggu kemarin. Banjir sudah menjadi hal yang rumrah terjadi  di kalangan masyarakat. Siapa yang mesti disalahkan, tentunya semua elmen juga enggan untuk disalahkan atas penomena banjir yang melanda setiap musim hujan tiba.

Berbicara sampah, tentunya tidak pernah habis untuk dipermasalahkan, lantaran penyebab banjir itu sendiri diawali dari banyaknya sampah yang di buang sembarangan. Keluhan masyarakat terhadap banjir tidak pernah tidak disampaikan setiap harinya kepada pemerintah ketika musim hujan. Pemerintah saat ini selalu dipojokkan atas permasalahan banjir yang dihadapi masyarakat, walaupun pemerintah dan sebagian elmen masyarakat sudah berusaha menanggulangi banjir, tetap saja masih ada masyarakat yang mempersalahkan kinerja dari pemerintah tersebut.

Pemerintah juga seharusnya tidak disalahkan terus menerus atas semuanya. Seharusnya masyarakat juga sadar dan tahu apa yang harus dilakukan disaat banjir. Sungai meluap terjadi karena banyak sampah yang menumpuk, itu terjadi juga akibat masyrakat itu sendiri yang secara tidak sadar banyak yang membuang sampah ke sungai ataupun ke jalan yang berpapasan dengan gorong-gorong maka tidak menutup kemungkinan banjirpun terjadi dengan cepat.

Mulai dari sekarang juga kita sebagai umat manusia harus senantiasa berprilaku hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya. Semua elmen pemerintah, termasuk masyarakat harus saling bekerja sama, mulai dari membuat tempat sampah, membuang ataupun mengubur sampah, supaya kelak pada saat musim penghujan tiba, tidak berefek terlalu buruk dan senantiasa serta membiasakan diri untuk tidak membuang sampah kesungai ataupun dimana saja.  

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Usai Aksi Demo 212, Pendemo Tak Putuskan Silaturahim



Dakwahpos.com, Bandung,- Usai aksi 212 yang dilakukan di ibu kota Jakarta, pendemo tidak putuskan silaturahim. Hal tersebut di lakukan untuk menjaga tali persaudaraan umat islam yang berada di nusantara yang telah menjunjung tinggi nilai persatuan pada aksi demo 212 .

Banyak sekali forum silaturahim yang masih digunakan walau aksi  sudah usai dilaksanakan. Diantaranya adalah media sosial. Jamaah menggunakan media sosial seperti  facebook, whatsapp dan line untuk forum mereka. Pendemo membuat grup dan masih sering berbincang-bincang walau sekedar hanya saling bertukar kabar dan bertegur sapa.

"ya, setelah aksi demo 212 kemarin. Kami tidak putuskan silaturahim. Banyak organisasi islam yang bersatu disana dan kami semakin ingin bersatu akhirnya kami membuat grup di media sosial agar silaturahim kita tidak terputus. Kami kadang bertukar informasi, berdiskusi atau juga hanya sekedar bertanya kabar." Pungkas Euis Kamilah (40) salah satu pendemi aksi 212, saat diwawancarai dakwahpos.com Minggu, (18/12)

Reporter : Istianah Rahmawati KPI/3/B



DKM Gagas Selenggarakan Sholat Jum’at di Masjid Baiturrahim


Dakwahpos.com, Bandung- Warga masyarakat Bumi Orange terlihat baru-baru ini melaksanakan sholat jum'at di masjid Baiturrahim , Selasa (20/12/2016)

Pengurus, dan staf yang ada di masjid Baiturrahim yang mempunyai inisiatif mengadakan sholat Jum'at di masjid Baiturrahim disambut senang oleh warga sekitar.

"Dulunya masyarakan Bumi Orange melaksanakan sholat jum'at di masjid raya dan masjid baitul ukwah yang jaraknya lumayan jauh apabila ditempuh dengan jalan kaki, maka saya dan pengurus yang lain beserta staf masjid mempunyai inisiatif untuk melakukan sholat ju'at disini saja biar lebih efektif" Ujar Bakhri, salah seorang dari pengurus masjid Baiturrahim

Ada keunikan tersendiri dari jama'ah sholat jum'at di masjid Baiturrahim ini, yaitu adanya pembangian snack setelah usainya sholat jum'at.

"Unik sih, tapi semoga saja berkah karena snack yang dibagikan merupakan shodaqoh dari warga setempat, acara seperti ini bisa jadi membuat semangat tersendiri bagi sebagian jama'ah masjid Baiturrahim" Ujar Bakhri

Salah satu jama'ah jum'at masjid Baiturrahman mengaku sangat senang dengan adanya sholat ju'at di masjid Baiturrahim ini.

" Senang sekali, karena kan dengan adanya sholat ju'at di masjid Baiturrahim ini menjadi lebih efektif bagi masyarakat, karena tempat yang tidak jauh saat ditempuh dengan jalan kaki.

Reporter : Endah Walidah, KPI/3B

Aku, Ciamis, dan Cibiru




Cerpen oleh : Fitrah Maghdalena

Ciamis Tahun 1991

Namaku Herna Sutisna biasa di panggil Herna anak tunggal dari Bapak Engkos dan Ibu Teti. Aku baru saja lulus di salah satu Sekolah Menengah Atas di kota Ciamis, tepatnya SMA terfavorit se-Kota Ciamis. Beruntung aku termasuk anak yang sangat beruntung, tidak semua anak bisa bersekolah disana. Padahal aku anak biasa-biasa saja orang tua ku dua-duanya petani dan rumah ku tidak semegah pejabat konglomerat. Seperti anak pada umumnya aku punya segudang cita-cita salah satunya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Melanjutkan sekolah kesalah satu Universitas ternama di Bandung. Kota Bandung dengan julukan "Kota Kembang"nya kota sejuta kuliner kota dimana para pengrajin memamerkan keahliannnya. Kota pendidikan dimana para pelajar dari berbagai pelosok negeri berlomba dan bersaing untuk bisa bersekolah di kota yang terkenal Paris Van Java ini.

Namun tidak semudah membolak-balikan telapak tangan untuk pergi kesana. Butuh pemaksaan yang ektsra untuk membujuk kedua orang tua ku. Wajar karena aku anak tunggal, anak yang mereka sangat sayangi. Sore itu...

 "Mak, herna mau pergi ke Bandung. Boleh ya mak?". Suara ku memecahkan keheningan diantara aku dan kedua orang tua ku.

"ngapain kamu kesana nak?" suara lembutnya mulai terbuka.

 "Herna pengen kuliah mak, pengen nyari ilmu di Bandung sama temen-temen yang lain". Dengan penuh keyaninan dan rasa cemas yang sangat akut, aku mulai mengutarakan keinginan ku.

"nyari ilmu mah disini aja na, jangan jauh-jauh kasian emak sama abah disini gak ada yang nemenin". Terlihat raut kekecewaan dar wajah cantiknya.

Apa bisa aku kuliah di Bandung. Harapan dan mimpi yang selama ini aku bangung, prestasi ku...cita-cita ku...akankah sampai disini saja?

"tapi mak...bukan maksud Herna  pengen jauh-jauh dari emak sama abah. Tapi teman-teman herna juga....". belum sempat membereskan ucapan ku. Tiba-tuba emak marah dan jelas sangat terlihat sekali kekecwaannya pada ku.

"bukan begitu Herna...emak gak mau herna kenapa-kenapa disana. Bandung itu kota loh nak, hidup disana pasti keras. Herna taukan anak satu-satunya emak sama abah".

"tapi mak, Herna...".

"Herna, sudah emak bilang kamu jangan...".

"sudahlah Mak, biarkan Herna kuliah di Bandung. Toh kan disana dia mau nyari ilmu bukan ngapa-ngapain". Potong abah dengan ekspresi santainya.

"tuh kan mak, abah mah selalu ngedukung Herna. Bener kata abah Herna disana kan mau belajar mak". Ucap ku dengan penuh yakin dan rasa bersalah yang sangan mendalam.

"sudahlah terserah kalian, pokokya emak gak mau kamu pergi".

Sakit rasanya ketika sebuah harapan dan cita-cita yang kita bangun dari dulu, hampir saja runtuh tak berbekas. Aku sadar apa yang aku lakukan ini memang mengecewakan kedua orang tua ku, bahkan menyakiti hati ibu ku. Aku tahu dibalik ini semua Allah sedang merencanakan sesuatu yang belum aku ketahui. Ini semua skenario Allah.....

Bandung tahun 1992

Herna Sutisna seorang pengembara yang berasal dari sebuah desa kecil di kota Ciamis. Bersama 9 temannya ia memutuskan pergi ke kota Bandung untuk mencari ilmu. Dengan berbekal tekad dan keyakinan beserta do'a kedua orang tuannya. Herna dan 9 temannya itu mencoba mendaftar di beberapa Universitas Bandung.

"Rob, besok kita coba daftar ke IKIP ya". Ucap Sandi

"Iya Rob, besok kan IKIP buka pendaftaran ya?". Tanya ku.

"Yoi bro...pokoknya kita bareng-bareng daftarnya ya gue yakin kita bakalan lolos, kita kan best friend". Jawab Robbi dengan gaya funknya.

"huuuuuuuuu". teriak teman lainnnya. Meneriaki Robbi yang gayanya sok kekotaan.

Siapa kira anak desa yang tidak tahu menahu tentang kota Bandung bisa menginjakan kakinya disini. Sandi, Robbi, Samsul, Zaki, Endang, Dadang, Firman, Ibrohim, Roni dan aku. Senang rasanya benar-benar bisa berada di Kota Kembang ini. Kos-kosan dengan luas 4x4  ini kami tempati bersama-sama, walaupun kecil bukan berarti menjadi sebuah penghalang kami untuk mewujudkan semua cita-cita dan harapan kami. Kemarin sore kami berangkat dari Kota Ciamis dengan berbekal seadannya saja. Bus menjadi tranfort pilihan kami untuk pergi menuju kota Bandung.



Sebelumnya ada kisah haru diantara aku dan kedua orang tua ku sebelum keberangkatan ku sore itu. Ibuku yang tadinya bersikukuh keras agar aku tidak pergi ke Bandung pada kahirnya mengizinkan ku. Itu semua berkat do'a yang selam ini aku pinta kepada-Nya dan epran seorang ayah yang tidak kalah meyakinkan ibu ku. Aku tau ada rasa kehilangan dalam benak abah, tapi apa boleh buat aku dan abah adalah seorang laki-laki saling memahami satu sama lain.

"Nak hati-hati ya di sana, jaga diri baik-baik. Kalu ada apa-apa cepet balik kesini". Ada rasa bahagia yang dirasakan emak dicampur kekhawatiran saat harus melepaskan anak semata wayangnya. Ibu mana yang ingin kehilangan anaknya?.

"iya nak, kalaupun kamu tinggal jauh disana, abah sama emak terus mendo'akan kebaikan untuk mu. Seberapa sukses dirimu nanti jangan lupa tempat dimana kamu harus kembali". Ada tetes di ujung pelipis sana, tanggung jawab seorang ayah yang selama ini dia pertahankan seolah-olah hancur karena cita dan harapan anaknya.

Keesokan harinya kami berangkat menuju IKIP Bandung untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi. (salah satu Universitas ternama di Bandung sekarang menjadi UPI Bandung).

"kemeja, dasi, sepatu.....oke sudah siap mas broooo". Ujar Robbi lagi dan lagi denga gay sok kekotaannya itu.

"Oke kita berangkat....." ucap Firman dengan penuh semangat.

Oke Herna, kamu pasti bisa. Bismillah....Mak...Abah do'ain Herna ya, Ya Allah mudahkan langkah hamba...Aamiin. Pintaku

Lolos IKIP 1992

Seminggu telah berlalu semenjak test seleksi masuk IKIP Bandung usai. Hari ini merupakan hari dimana para pelajar diseluruh pelosok negeri merasakan ketegangan yang susah untuk di jinakkan. Hari dimana pengumuman dari hasil penyeleksian masuk perguruan tinggi IKIP.

"Her, gimana nih kita bakalan lolos gak ya?" tanya zaki penuh kecemasan.

"Insya Allah...Lahaullah aja". Jawab ku singkat.

"Nyantai aja kalee, kita bakalan lolos gua yakin". Ucap Robbi

"Iya confident aja lah". Ucap Endang.

"siap siap....." jawab  kami serempak.

"My Friend, bagaimanapun hasilnya kita harus menerima dengan lapang dada. Kalaupun ada salah satu dari kita yang lolos kita haru mendukung dia. Bukankah kita satu sama lain saling mengasihi dan melengkapi kekurangan kita. Apapun hasilnya itu keputusan dari Allah mutlak kebenarannya". Kali ini Ibrohim bersuara. Dia satu-satunya teman yang sukanya diem, sekalinya ngomong bikin jlebb.

"Masy Allah Ustadz.....". celoteh Robbi.

Tiba-tiba disela-sela kami sedang asik mengobrol, dua orang lelaki dengan kemeja dan jas lengkapnya menempelkan beberapa kertas di papan pengumuman. Ternyata itu hasil dari test seleksi seminggu kemarin. Kami pun merempug bergerombolan melihat hasil dari pengumumannya. Bersedak-sedakan satu sama lain hanya untuk melihat secarik kertas yang maknanya terdapat berjuta-juta harapan dan cita-cita dari seluruk pelosok negeri.

021990xxx                  Herna Sutisna                        Tidak Lolos

021992xxx                  Zaki Dzikrullah                      Tidak Lolos

021993xxx                  Fitrah Magdalena                  Lolos

021994xxx                  Ibrohim El-Haqq                    Lolos

021995xxx                  Robbi Muzammil                    Lolos

Abah...Mak...Herna belum Lolos...

Kekecewaan jelas tersirat diraut wajah teman-teman lainnya begitu juga dengan aku. Pretasi, harapan dan cita-cita yang aku rencanakan selama ini. Tapi rasa sakit dan kecewa itu sedikit terobati dengan lolosnya teman kami Robbi dan Ibrohim. Kami pun memutuskan untuk pulang ke kosan. Merencanakan kembali harapan yang sempat tertunda beberpa jam lalu.

"hey hey selamay ya Robb...Iim, kalian lolos". Ucap endang dengan senyum penuh kesedihan.

"Alhamdulillah...walaupun aku gak lolos, minimal temen kita ada yang lolos". Sebenarnya ada sedikit rasa iri dalam hati kecil ku, tapi kembali lagi inilah skenario yang telah Allah buat sebelum aku pergi kesini bahkan sebelum diciptakannnya Langit dan Bumi.

            Kami tidak menyerah begitu saja, setelah kegagalan kemarin kami mencoba daftar lagi. Alhasil setelah mencoba mendaftar dibeberapa Universitas aku dan 7 temannya tidak lolos juga.

Untuk saat ini keberuntungan belum memihak aku, tetapi kegagalan ini tidak mengurungkan niat untuk mewujudkan cita-cita dan harapan ku. Ada Emak dan Abah yang setiap malam berdo'a. Harapan yang mereka percayakan pada ku, tidak akan aku lepaskan dengan semudah itu.

Tidak mengap, tidak kuliah bukanlah akhir dari segalanya. Duduk berdiam diri dibangku perkuliahan bukanlah tolak ukur kesuksesan seseorang, tapi suksesnya seseorang itu ketika dia mampu membahagiakan orang tuanya dan bermanfaat bagi orang lainnya. AKU HARUS BANGKIT!!!

CIBIRU 2006

  Akhirnya aku dan 7 teman lainnya memutuskan untuk mencari pekerjaan. Lagi dan lagi Allah tunjukan kebesarannya pada ku, selama aku tinggal di Bandung tepatnya di Cibiru. Setelah kegagalan masuk perguruan tinggi menimpa ku. Sekian lama ini aku bekerja di kota Bandung. Aku diberikan amanah oleh masyarakat Cibiru untuk menjadi Ketua DKM Nurul Utsman. Inilah skenario yang telah Allah rencanakan untuk ku. Tidak mudah untuk menjadi seorang Ketua DKM Nurul Utsman ini menjadi sebuah tanggung jawab yang sangat besar. Kepercayaan Allah, orang tua dan masyarakat memberikan ku energi bahwa inilah yang terbaik. Kekecewaan. Keringat, tangisan semuanya terbayarkan oleh kebahagiaan dan kenikmatan yang telah Dia berikan.

Terima kasih Emak....Abah...Kalian Malaikat Dunia ku....

*****

Info Tokoh : Kasim, Marbot Masjid At-Taqwa CIbiru


Kasim, Mahasiswa UIN Bandung asal NTT, merangkap sebaga marbot dan remaja masjid at-taqwa kecamatan Cibiru.
Reporter : Luthfi Ramdani/KPI B

Dana Terbatas, Mesjid AL-Aziz Hanya Miliki Satu Marbot


Dakwahpos.com., Bandung- Masjid yang terletak di Komplwk Bumi Atlet Cibiru Hilir ini, dikelola oleh seorang saja, sebab minimnya pemasukan saldo, sehingga sulit untuk memperbanyak marbot, dan masjid pun terlihat kurang rapih, menyebabkan terganggunya kenyamanan para jama'ah. Ini disampaikan jaka wijaya. Sebagai marbot minggu (11/12/2016) ketika diwawancarai dakwahpos.com.

"Ketika menjelang shalat Jum'at, marbot sangat sulit membersihkan masjid ini, karna ukurannya yang besar, dan alat bersih yang sederhana, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama", " ujar jaka wijaya,

Warga setempat sangat prihatin dengan keadaan ini, sehingga terus berusaha mencari jalan, dengan cara memperbanyak kas masjid, agar petugas kebersihan bisa ditambah, untuk suasana masjid aman dan nyaman.

Andi,selaku bendahara mengatakan, pemasukan kas masjid hanyalah mengandalkan kencleng jum'at, sekitar Rp. 250.000 – Rp. 300.000 perminggu, uang ini di pakai untuk intensif marbot sebesar Rp. 500.000 perbulan, sehingga tidak sanggup bila harus menggaji dua marbot, karena sangat sedikit uang kas yang tersisa setiap bulanya.

Reporter : Kiki Zakaria, KPI/3B.

Masjid Safinatussalam Selenggarakan PAUD


Dakwahpos.com, Bandung – Ada pemandangan yang berbeda di Masjid Safinatussalam dimana terdapat pendidikan anak-anak usia dini (PAUD) di dalamnya, PAUD Anggrek Biru XI.

"Paud ini sudah berjalan empat tahun, ada  36 orang murid yang dibagi dua kelas, kelas kecil dan besar dengan enam guru yang sudah dijadwal sebelumnya untuk mengajar, kelas kecil hari selasa dan kamis dan kelas besar rabu dan jumat" ucap Elinopi (31). (20/12/2016)

Bukan tanpa alasan Masjid Safinatussalam dijadikan tempat belajar PAUD ini, Karena lokasi yang srategis dan dekat dengan rumah para orang tua/wali siswa maka dipilihlah masjid ini, ditambah lagi karena memang ada ruangan khusus yang telah disediakan masjid.

"Dari anak-anak saya sampai cucu saya dulu PAUD-nya Anggrek Biru, apalagi sekarang tempatnya dekat dengan rumah saya, jadi saya sering mengantar cucu saya" ujar Imas (53)  .

"Kegiatannya belajar seperti PAUD pada umumnya, melihat dan melatih perkembangan emosional dan saraf motoriknya " pungkas Elinopi.

Reporter: Muhammad Deni Wijaya. KPI/3B

DKM Manfaatkan Ruang Serbaguna Masjid Safinatussalam untuk Berbagai Kegiatan


Dakwahpos.com, Bandung – Masjid yang berada di Komplek Bumi Harapan Cibiru Hilir ini  keseluruhannya memiliki enam ruanag yang berbeda, dan ada satu ruangan yang disediakan untuk berbagai acara..

Ruangan itu tidak terlalu luas namun memilki banyak fungsi lebih tepatnya ruangan itu adalah ruangan serbaguna yang bisa dipakai berbagai macam kegiatan bisa oleh anak-anak, orang dewasa bahkan digunakan juga untuk sekolah dan latihan marawis

Para jamaah laki-laki biasanya menggunakan ruangan itu untuk musyawarah atau hanya sekedar kumpul-kumpul selesai shalat jum'at. Pada malam-malam tertentu digunakan juga sebagai tempat latihan marawis.

Pagi hari biasanya digunakan untuk sekolah PAUD, dari siang hingga sore sambil menunggu waktu shalat anak-anak banyak yang berkumpul disitu sekedar untuk main-main atau mengerjakan tugas. 

Reporter: Muhammad Deni Wijaya, KPI/3B

Keseruan Siang Hari di Masjid Safinatussalam



Dakwahpos.com, Bandung – Siang hari  adalah waktu yang tepat untuk beristirahat sejenak atau tidur siang, setelah pagi beraktifitas dan sebelum melanjutkannya sampai sore, terutama anak-anak yang biasa teratur untuk tidur siang.

Beda halnya dengan anak-anak di lingkungan Masjid Safinatussalam sembari menunggu waktu dzuhur mereka berkumpul di masjid, ada yang bermain ada yang menghafal dan banyak laigi kegiatan yang mereka lakukan.

Ketika Dzuhur tiba mereka juga berebut untuk adzan dan iqomah lalu shalat berjamaah dengan yang lainnya, setelah selesai shalat mereka tidak langsung pulang melainkan  berkumpul kembali untuk mengaji tanpa ada guru yang mendampinginya.

Mereka mengaji dan menghafal surat-surat pendek dengan dibantu teman-temannya jadi mereka akan menghafal dengan bergantian satu sama lain, temannya yang mendengarkan akan memberitahukan ketika ada bacaan yang salah atau kurang jelas.

Muhammad Deni Wijaya, KPI/3B)

Menulis Artikel dan Tajuk Rencana

 
 
Oleh : Laila Afifah KPI 3 B
 
RESENSI
Penulis          : Drs. AS Haris Sumadiria M.SI.
Judul             : Menulis Artikel  dan Tajuk Tajuk Rencana
Editor             : Rema Karyanti S.
Desainer Sampul     : Iman Taufik
Layout             : Pratama Setya Ilham-Dedi Junaedi
Penerbit         : Simbiosa Rekatama Media
Tahun Terbit        : 2011
Jumlah halaman         : 176
Tempat Terbit         : Jl. Ibu Langit Garnisih No. 31 Bandung 40252
Harga Buku         : Rp.25000
Cetakan ke         : 6

Drs. A. S. Haris Sumadiria, M.Si. adalah dosen dan ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah IAIN SGD Bandung. Ia alumnus jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunisasi (S1) dan Bidang Kajian Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran (S2). Ia seorang penulis, kolumnis, novelis, dan sekaligus jurnalis. Sebagai akademisi, ia kerap menjadi pemateri dalam berbagai seminar, simposioum, lokakarya, dan pelatihan bidang komunikasi, jurnalistik, dan kehumasan. Sebagai pendidik, ia anggota tim asesar BAN PT. Sebagai konsultan komunikasi, ia aktif melakukan pendampingan masyarakat di Jawa dan Bali.

Menulis berkaitan erat dengan peradaban. Bahasaa membedakan manusia dari binatang, sedangkan tulisan membaedakan orang beradab dan orang biadab. Menulis itu sangat penting, paling tidak untuk mencapai tiga hal. Pertama, sebagaiwahana diskusi dan sosialisasi gagasan.kedua, memberi kontribusi pemikiran dalam kerangka mencari solusi suatu masalah. Ketiga, sebagai sarana proses aktualisasi dan eksistensi diri.

Dalam kehidupan modern dewasa ini, tak seorang pun dari kita bisa mengelak dari tulisan. Setiap hari kita dibombardir dengan jutaan informasi yang dikemas melalui tulisan media massa. Kita memilih sesuai hati kita, menerima dan bahkan menikmatinya. Lewat tulisan, pengetahuan kita bertambah, wawasan kita makin luas, daya analisis kita makin tajam, sikap kita makin bijak, rasa kemanusiaan kita makin peka, dan keputusan serta tindakan kita pun makin menuju kearah yang benar.

Secara teknis jurnalistik, artikel adalah bentuk opini yang terdapat dalam surat kabar atau majalah. Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif). Persiapan penulisan (prewriting), pelaksanaan penulisan (writing), dan perbaikan materi (editing).

Ada tujuh langkah yang harus kita kuasai dalam bab ini ; Pertama, Intro. Dalam artikel kedudukan intro sangat strategis. Intro harus dipilih dengan baik. Intro yang baik akan membangkitkan minat baca serta mengantarkan khalayak pada tujuan secara singkat dan efektif. Kedua, fungsi intro artikel. Ketiga,  jenis-jenis intro artikel. Keempat, mengembangkan bahasan artikel. Kelima, tiga prinsip komposisi artikel. Keenam, urutan organisasi pesan. Ketujuh, cara menutup artikel.

Artikel layak kirim, topik yang diangkat aktual dan atau kontroversial, tesis yang diajukan orisinal serta mengandung gagasan baru dan segar, materi yang dibahas meliputi kepentingan masyarakt luas, topik atau pokok bahasan yang dikupasn diyakini tidak bertentangan dengan aspek etis, sosiologis, yuridis, dan ideologis, ditulis dalam bahasa baku yang benar dan baik, lincah dan segar, mudah dan ringan dibaca, mencerminkan visi dan sikap penulis sebagai seorang intelektual atau cendekiawan, referensial, singkat utuh dan tuntas, tidak boleh menyita waktu, memenuhi kebutuhan sekaligus bisa mengikuti selera dan redakksional media massa, memenuhi kualifikasi teknis-administratif media massa bersangkutan.

Secara teknis jurnalistik, tajuk rencana diartikan sebagai opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual dan atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Suara tajuk rencana bukan suara perorangan atau pribadi melainkan suara kolektif seluruh wartawan dan karywan dari suatu lembaga penerbitan pers

Dalam arti sempit, pers hanya menunjuk pada media cetak berkala, sedangkan dalam arti luas, pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik audio visual.

Buku ini memudahkan untuk membuat artikel atau berita, khususnya bagi pemula yang ingin menjadi penulis. Bahkan melalui tulisan, kita dapat menghasilkan uang.  Buku ini pun bisa menunjukan manakah orang yang beradab dan manakah orang yang biadab. Dari buku ini kita bisa menjadi seorang penulis dan jurnalis yang profesional.

Buku ini terlalu banyak menggunakan kata-kata akademis, sehingga bagi orang awam seperti saya, harus mencari tahu definisi dari kata tersebut. Dari segi sampul berwarna merah muda, menurut saya warna itu terlalu perempuan. Jarang saya melihat buku ilmiyah berwarna merah muda. Buku ini sangat bermanfaat terutama bagi mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang menyukai tradisi  intelektualisme dan pencerahan, mahasiswa jurusan Jurnalistik, Humas (Public Relations), fakultas dakwah, praktisi media massa, praktisi humas, peneliti, intelektual, cendikiawan, ilmuwan, dosen, politisi, aktivis, guru pada semua jenjang pendidikan, serta siapa saja yang memiliki hasrat besar mengembangkan minat dan bakatnya menjadi penulis dan jurnalis profesional.

Komunikasi Mewadahi Kebinekaan


Oleh : Istianah Rahmawati

Komunikasi merupakan sarana yang diciptakan Tuhan sebagai alternatif dalam kemajuan hidup manusia. Sulit jika manusia dimanapun tidak dapat berkomunikasi, tidak ada bahasa verbal maupun nonverbal yang digunakan. Lalu bagaimana manusia akan memiliki kemajuan dalam hidupnya jika bukan melalui komunikasi? Padahal komunikasi berperan penting dan memiliki pengaruh yang sangat tinggi bagi manusia, maka perlu disadari bahwa komunikasi juga dapat dijadikan sebagai wadah, karena komunikasi memiliki banyak fungsi.

Kebinekaan di negara kita misalnya, yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Pasti membutuhkan peran komunikasi dalam persatuan. Bahwa negara Indonesia dengan keberagaman yang luar biasa ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa komunikasi yang sesuai, ini menunjukan bahwa komunikasi membantu keberlangsungan keragaman yang ada di negara kita.

Bahasa Indonesia dalam sumpah pemuda dijadikan sebagai bahasa satu yaitu bahasa persatuan. Dimana Bahasa Indonesia digunakan dimanapun sebagai bahasa yang mutlak dan pemersatu di Negara Indonesia. Komunikasi dengan bahasa dapat juga dijadikan sebagai alat untuk mengekspresikan diri, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. Identitas dari sebuah kebangsaan yang bernegara itu menjadi penting disampaikan melalui komunikasi yang dapat mewadahi kebinekaan.

Di era globalisasi, komunikasi sudah memiliki perkembangan yang pesat. Dimana pengetahuan tentang kebinekaan dapat menyebar luas sehingga orang menciptakan pluralisme untuk keberagaman atau perbedaan yang ada. Toleransi menjadi sesuatu yang harus kita junjung agar komunikasi antara bangsa dan suku tetap dalam keadaan yang baik-baik saja.

Kita selaku warga Negara Indonesia harus menjaga kebinekaan kita, salah satunya dengan menjaga komunikasi dengan bahasa yang ada di Indonesia. Kita diharapkan mampu menghilangkan bahasa asing yang sekiranya akan meruntuhkan kebinekaan secara halus tanpa kita sadari. Mari kita pelajari dan pahami bahasa kita sendiri. Jangan hilangkan keberagaman yang sudah ada.

Komunikasi melalui bahasa pada akhirnya memang mewadahi kebinekaan negara kita. Walaupun pada faktanya banyak miskomunikasi yang terjadi karena perbedaan tersebut. Tapi Justru itulah yang menjadi ciri khas bahwa kita memiliki bineka atau keberagaman yang luar biasa. 

Penulis, Aktivis Mahasiswa Forum Penulis se-KPI

Program Beasiswa Hansen Summer Institute di AS Tahun 2017



Location: University of San Diego, United States.
Date: June 30 – July 25, 2017.
Type: Fully Funded.

Young leaders from across the world are now invited to apply for the 2017 Hansen Summer Institute on Leadership and International Cooperation. The Hansen Summer Institute is an exciting international program that provides a unique University-based leadership experience and program in international cooperation. The program will take place from June 30 – July 25, 2017 at the University of San Diego School of Leadership and Education Sciences (SOLES), United States.

A primary goal of the program focuses on creating an international community of young scholars who will use their summer experience as a foundation for creating lasting friendships and acquiring common practical understanding of a more peaceful future. This program is funded by a generous grant from the Fred J. Hansen Foundation.

Fellows receive hands-on training in team-building, public speaking, negotiation, mediation and working together to solve international problems. Moreover, they learn to listen actively and to look for common interests and building realistic bridges of cooperation. Classroom training complements local excursions to San Diego attractions such as Sea World, the Zoo, a 4th of July Independence Day parade and a harbor cruise. Fellows meet and greet academic, political and business leaders to refine their own ideas and skills, while learning about the “American Way of Life.” Students leave San Diego with a “leadership toolbox” they can apply appropriately to their future challenges and endeavors.

Benefits:

Selected participants receive the following:

    Accommodation and meals for the duration of the program, with shared rooms with participants of the same gender;
    Transportation to/from the campus to all meetings and activities;
    Program materials;
    Certificate of Participation.

NON-US Fellows also receive:

    Round trip international air travel from the participant’s home town to San Diego, California;
    DS-2019 – Student and Exchange Visitor (SEVIS) fee;
    Health insurance for the duration of the program.

US Fellows also receive:

    Round trip domestic air travel from the participants home to San Diego, California ( economy class);
    $1000 award for successful completion of the program.

Eligibility:

Successful applicants must demonstrate leadership potential by having worked outside of class in community service, another public service, or in a non-governmental organization. A letter of reference from such a group or organization is required.

Non-US Students:

    Upper division undergraduate with 2 years of college/university or graduate student with a professional interest in international relations, diplomacy, international economic development or related fields;
    Students must be between the ages of 20- 25 on July 1, 2016;
    Must have demonstrated leadership potential outside of the classroom in the community, nation or region;
    Have an academic adviser verify in writing the candidates English proficiency;
    Have a valid international passport with US visa if necessary by the time the program begins;
    Preference may be given to students who have never been to the United States before but all qualified students are encouraged to apply.

US Students:

    Upper division undergraduate with 2 years of college/university or graduate student with a professional interest in international relations, diplomacy, international economic development or related fields;
    Students must be between the ages of 20- 25 on July 1, 2016.

Application Process:

    APPLY NOW.
    Deadlines:
        Non-US students – January 6, 2017
        US Students – March 1, 2017

http://www.youthop.com/exchange-programs/apply-for-the-2017-hansen-summer-institutes-scholarship-program-in-usa

Warisan Keluarga DKM Miftahussa'adah


Dakwahpos.com, Bandung- Dewan Kemakmuran Mesjid Jami Miftahussa'adah beralamat di Jalan Amr Kulon RW. 03 Kelurahan Pasangarahan Kecamatan Ujungberung, Bandung. Masjid ini dipimpin oleh Endang Abdurrohim. Ia diberi kepercayaan oleh para donatur Masjid Miftahussa'adah sebagai Ketua DKM Masjid tersebut.
 
Endang Abdurrohim, Ketua DKM Masjid Miftahussa'adah menyampaikan bahwa ini adalah keinginan para donatur yang diamanahkan kepada dirinya yang menginginkan dirinya terus menjadi DMK di Masjid Mifathussa'adah hingga dirinya wafat.
 
"Di Masjid Miftahussa'adah yang menjadi DKM adalah keluarga yang secara turun-menurun, dan saya juga merupakan anak dari DKM sebelumnya. Mungkin kedepannya setelah saya wafat yang akan menjadi DKM selanjutnya adalah anak saya", ungkapnya.
 
Masjid Miftahussa'adah selain menjadi tempat untuk shalat berjamaah warga sekitar, juga tempat berbagai kegiatan pengajian seperti ibu-ibu dan bapak-bapak yang diselenggarakan oleh pengurus DKM.

Reporter : Fitriyani Maryani/KPI 3B

DKM Miftahul Jannah Respon Positif Praktikum Jurnalisme Dakwah Mahasiswa KPI



Dakwahpos.com, Bandung- Pada hakikatnya setiap dosen memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan materi kepada mahsiswanya,  salah satu mata kuliah di jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam fakultas dakwah dan komunikasi mendapatkan respon postif dari Ketua DKM Miftanhul Jannah.

Menurutnya kegiatan praktikum yang di lakukan oleh para mahasiswa dengan terjun kemasyarakat secara langsung sangat lah bagus karena mahasiswa tidak hanya berlajar teori saja namun juga mengaplikasikannya langsung dalam masyarakat, serta mashasiwa juga akan menetahui karakteristik setiap masyarakat yang berebeda, misalnya masyarakat komplek yang hidupnya heterogen. Dari persolalan itu mahsiswa harus bisa memiliki solusi bagaimana cara menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat yang heterogen.

Selain itu mahasiswa juga bisa mengembangkan bakatnya di mesjid mesjid , seperti pidato ceramah, hal itu akan sangat bisa di terima oleh masyarakat, hanya saja harus koordinasi terlebih dahulu dengan masjid yang akan di jadikan tempat  kegiatan tersebut.

Beliau juga menuturkan perlunya sosialisasi sosialisasi yang dilakukan oleh para mahasiswa ke masjid masjid  tentang hukum, Agama, sosial dan budaya. Kegiatan praktikum sepert ini harus lebih digalakankan lagi dengan begitu mahasiswa bisa mengetahui keadaan dunia luar dan muali belajar berpikir kitis untuk kesejahteraan umat.

Yusuf Azazy juga menuturkan bahwa Masjid Miftanhull jannah akan menerima dengan terbuka jika ada mahasiswa yang ingin megembangkan bakatnya di sana.

Reporter: Meri Astuti, KPI/3C

Ibu ibu Komplek Panghegar Ramaikan Kegiatan Masjid Miftahul Jannah

                                    
Dakwahpos.com, Bandung- Ibu ibu komplek Panghegar ikut serta dalam meramaikan kegiatan masjid Miftahul Jannah yang di ketuai oleh Eli dan Elis sebagai wakilnya yang juga adalah Istri dari ketua DKM.

Banyak kegiatan yang sering ibu –ibu ini lakukan, pengajian, memperingati Isra Mi'raj, Maulid nabi  serta kegiatan membersihkan masjid pun merka lakukan. Ibu-ibu ini sangat kompak dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan masjid.

Memang sudah seharusnya semua warga ikut berperan serta dalam meramaikan kegatan masjid bukan hanya kaum bapak-bapak saja yang harus selalu di andalkan.

Dengan adanya kegiatan dan sering melakukannya bersama-sama akan terjalain tali persudaraan yang kuat di antara masyarkatnya. Dan hal ini akan sangat baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Mudah-mudahan kegiatan kegiatan di masjid Miftahul Jannah ini bisa menjadi contoh untuk masjid masjid lainnya.

Reporter: Meri Astuti


Yusuf Azazy Pimpin DKM Miftahul Jannah Dua Periode


Dakwahpos.com, Bandung-  Yusuf Azazy dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati  Bandung fakultas Syariah dan Hukum serta sebagai ketua DKM masjid Miftahul Jannah adalah salah satu sosok  yang sangat ramah dan di percaya para warganya sehingga ia bisa menjadi ketua DKM selam 2 periode berturut turut.

"Selama mengurus masjid sangatlah menyenangkan dan mengasikan karena niatnya ibadah, dinamika masyarakat yang memiliki cara ibadah yang berbeda beda namun tetap bisa bersatu dan rukun karena saya menerapka jika kemasjid tidak boleh membawa bendra partai". Ujar yusuf saat di temui dakwahpos di rumhanya  selasa (21/12/2016).

Selama menjabat menjadi DKM sudah banyak hal yang beliau lakukan untuk mempersatukan perbedaan warga, merenovasi masjid, dan program-program pengajian bahkan sekolah madarasah yang tedapat di Miftahul Jannah. Salah satu cara beliau mempersatuka perbedaan agar tidak terjadinya perselisihan antara jamaah masjid Miftahul Jannah  yaitu melakukan dua sesi shalat tarawih, sesi pertama yaitu untuk yang ingin melakukan 11 rakaat dan sesi kedua yaitu yang ingin melakukan 23 raakat. Cara ini sangat efektif, sehingga meskipun berbeda beda mahzab di kampung itu namun mereka tetap bisa rukun.

"Sebentar lagi juga akan ada pemilihan ketua DKM yang baru karena periode saya sudah akan habis, saya tidak akan menyalaonkan diri atau meminta jabatan lagi , namun semuanya saya kembalikan kepada warga ". Tutur Yusuf

Pada hakikatnya adanya seorang pemimpin adalah untuk kerukunan warganya, dan bisa menjadi penengah diantara perpebdaan yang hasilnya menciptakan perdamaian. Sosok bapak yang memiliki dua orang putra ini sangat lah cocok menajdi ketua DKM di mesjid Miftahul Jannah, beliau menjadi ketua dengan maksud dan tujuan yang baik sehingga hasil yang beliau dapatkan juga akan baik.

Reporter : Meri Astuti KPI/3C

© Vokaloka 2023