Makna Payung Biru Jokowi



Oleh: Uwes Fatoni

Ketika aksi 212 ada momen yang tak terduga Jokowi datang ke lokasi aksi 212 ketika hujan rintik rintik dengan berpayung biru. Payung biru pun jadi trending topik di medsos.

Apa yang menarik dari payung biru ini? Apa maknanya payung berkaitan dengan hujan ditinjau dari teori semiotika.

Semiotika dalam kajian ilmu komunikasi adalah teori yang digunakan untuk menelaah tanda-tanda. Sebuah gambar tidak hanya bisa ditelaah secara apa yang tersurat, melainkan juga apa yang tersirat dan mitos di baliknya.

Salah satu tokoh semiotika (semiologi) terkemuka adalah Roland Barthes. Ia banyak menulis buku seputar semiotika, yaitu Mythologies (1973), Element of Semiology (1977), The Fashion System (1983), dan Camera Lucida (1994). Konsep semiotika dari Barthes adalah pemaknaan tanda melalui denotatif, konotatif dan miyos.

Menurut Barthes, dalam menelaah tanda, kita membedakannya dalam dua tahap. Pada tahap pertama, tanda dapat dilihat latar belakang (1) penanda dan (2) petandanya. Pada tahap ini tanda dilihat secara denotatif. Pemaknaan denotasi menelaah tanda secara bahasa atau lahiriah. Dari pemahaman bahasa ini, masuk ke tahap kedua, yakni menelaah tanda secara konotatif. Pada pemaknaan konotasi konteks tanda ikut berperan dalam penelaahan tersebut. Konteks budaya, sosial, atau konteks lainnya. Makna denotatif dan konotatif ini jika digabung akan membawa kita pada sebuah mitos.

Bagaimana menelaah tanda payung biru dalam foto Jokowi di bawah. Secara bahasa payung adalah alat pelindung dari sinar matahari yang terik atau dari air hujan agar tidak mengenai tubuh. Jadi Jokowi menggunakan payung untuk meliindungi dirinya dari air hujan. Itu makna denotatifnya.

Dalam sejarah politik kuno, payung adalah simbol kekuasaan yang sangat penting. Di kerajaan China atau India para kaisar atau raja menggunakan payung dalam perjalanan jauh mereka. Saat itu payung terbuat dari besi yang sangat kuat, dan material kain yang mahal yang dihiasi oleh berbagai macam batuan mahal. Payung menjadi simbol kehormatan dan kemakmuran bagi para penguasa saat itu,

Payung Jokowi memang berbeda dengan payung para raja tempo dulu. Bahan payung sederhana, tanpa atribut batuan mahal atau kain mahal. Biasanya payung biru Jokowi ditambahi simbol bendera merah putih. Tapi saat kemarin payungnya tanpa simbol bendera.

Sedangkan warna biru biru adalah warna yang paling disukai secara universal, oleh karena itu warna ini aman untuk digunakan oleh siapa saja. Biru dalam psikologi warna berarti kepercayaan diri, kejujuran, kehandalan dan tanggung jawab. Warna biru lebih terkait dengan komunikasi personal daripada komunikasi massa.

Jadi, secara denotatif gambar Jokowi menggunakan payung biru berarti Jokowi berupaya melindungi diri dari air hujan dengan pilihan warna yang biasa digunakan oleh siapapun. Sedangkan secara konotatif Jokowi sedang menandaskan bahwa dia melindungi dirinya dari hujan. tuduhan bertubi-tubi yang menyebutkan ia tidak dekat dengan rakyat karena di aksi 411 sebelumnya ia tidak bersedia menemui peserta aksi. Ia memayungi dirinya sendiri tanpa dibantu orang lain. Berarti kepercayaan dirinya yang sangat tinggi.

Secara mitos berarti Jokowi menandakan kepercayaan diri melindungi dirinya dari berbagai tuduhan. Ia berpayung menandaskan komunikasi interpersonalnya yang cukup baik. Sayang, komunikasi tersebut bersebrangan dengan kondisi rakyat yang ditemuinya yang banyak kehujanan dan tak berpayung. Itu menandaskan bahwa ia membedakan dirinya dari massa aksi. Bandingkan dengan jenderal gatot yang mendampingi Jokowi tanpa membawa payung. Sejak awal Jenderal Gatot dipersepsi dekat dengan masyarakat, pernyataannya mendukung gerakan tersebut.

Teori semiotika memiliki kelemahan, penafsiran makna tandanya sangat subjektif tergantung dari si penafsir. Untuk itu terbuka peluang untuk penafsiran lain. Kalau menurut Anda bagaimana?

Penulis, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023