Anak Adalah Anugrah Bukan Sampah



Oleh : Cep Ilham Sp

Dewasa ini kekerasan terhadap anak menjadi polemik di masyarakat, bukan lagu lama lagi bahkan seringkali kekerasan terhadap anak menjadi trending topic pemberitaan media. Kekerasan fisik yang berujung pada pembunuhan ataupun kekerasan seksual yang membuat anak mengalami trauma berat adalah bentuk fenomena yang tak asing lagi. Kasus per kasus yang gencar diberitakan media seakan tak dapat dibendung lagi, misalkan kasus penganiayaan bayi di pertamina baby care di tahun 2014, kasus Arie Hanggara di bunuh kedua orang tuanya 30 tahun silam, Vinker Belle yang dianiaya ibu tirinya dan banyak yang lainnya. Ironinya penyebab kekerasan pada anak ini seringkai disebabkan karena hal-hal yang sepele seperti kesalnya orang tua karena anak rewel, banyaknya permintaan anak, terjadinya kesalah pahaman dan seringkali anak dijadikan pelampiasan kekesalan. Ini membuktikan bahwa kejahatan terhadap anak entah itu di lingkungan keluarga, sekolah ataupun lingkungan bermainnya semakin meningkat. Dalam artian kurangnya kesadaran adalah pemicu utama terjadinya kekerasan terhadap anak.

Masyarakatpun mulai geram bahkan pemerintah pun tidak tinggal diam dan lebih serius menangani problematika seputar kekerasan anak. Pemerintah melalui penegak hukum dengan menururunkan undang-undang perlindungan anak dan sanksi-sanksi berat kepada pelaku kejahatan adalah upaya meminimalisir angka kekerasan terhadap anak. Lembaga pemerintah seperti Komisi Perlindungan Anak pun merupakan bentuk keperihatinan dan kepedulian Negara terhadap masa depan anak, bahwa anak adalah masa depan bangsa yang merupakan asset berharga bagi bangsa ini. Tetapi seketat apapun pemerintah dalam mengatur hal ini akan percuma saja apabila tidak ada kerjasama antar semua pihak, dalam artian pemberantasan kekerasan harus melibatkan semua lapisan termasuk dalam ruang lingkup keluarga, pendidikan dan lingkungan pergaulan. Karena mustahil terwujud cita-cita untuk membentuk lingkungan yang aman dan tentram jika kerjasama dan kesadaran tidak dibangun.

Lantas bagaimana Islam memandang fenomena ini? Ya sejatinya anak adalah anugerah dan titipan Allah yang harus dijaga dan diarahkan terutama oleh orang tua. Islam mengajarkan kepada manusia untuk berprilaku lemah lembut, termasuk orang tua di dalam mengarahkan anaknya. Orang tua memiliki peran sentral dalam membentuk anak, maka disini islam pun mengatur bagaimana mengarahkan atau mendidik anak yang sesuai nilai-nilai islam. Islam tidak melarang untuk menghukum anak apabila anak melakukan kesalahan tetapi perlu diingat bahwa islam juga memberikan batasan-batasan dalam mendidik,dalam artian didiklah anak sewajarnya dan hindari kekerasan yang dapat mempengaruhi fisik dan fsikis anak. 

Penulis, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023