Oxford Centre for Islamic Studies Buka Beasiswa Kuliah Kajian Islam


The Chevening / Oxford Centre for Islamic Studies (OCIS) Fellowship merupakan kerjasama antara kementerian luar negeri Inggris denagn Dinas dan OCIS  and Commonwealth, untuk para profesional yang berdedikasi untuk promosi kegiatan akademik yang mendorong pemahaman yang lebih dari budaya dan peradaban Islam dan masyarakat Muslim kontemporer.

The Chevening / OCIS Fellowship menawarkan dukungan keuangan kepada individu untuk melakukan masa studi independen dan penelitian di Oxford Centre for Islamic Studies.

Tentang Oxford Centre for Islamic Studies

The Oxford Centre for Islamic Studies adalah pusat studi Independen yang diakui dari University of Oxford, didirikan pada tahun 1985 dan dimasukkan dalam Royal Charter. Pelindungnya adalah HRH The Prince of Wales.

Pusat kajian ini mendorong pemahaman yang lebih baik dari budaya dan peradaban Islam, dan dari semua aspek masyarakat Muslim kontemporer dalam konteks global. Di Oxford, kegiatan tersebut memberikan kontribusi untuk penelitian multi-disiplin dari dunia Muslim. Di luar Oxford, perannya diperkuat dengan link dan kontak akademik internasional yang kuat. Pusat studi ini memiliki tujuan-tujuannya meliputi pengajaran, penelitian, dan publikasi, bagian penting khusus untuk mempromosikan dialog yang berkelanjutan dan kolaborasi dalam komunitas akademik global.

Pusat studi ini pindah pada 2016 ke sebuah bangunan baru yang dibangun dekat dengan pusat Oxford, mengatur di sekitar halaman dan kebun, dan menggabungkan perpustakaan, auditorium, kantor, mengajar kamar, dan sebuah masjid. fasilitas perumahan sedang dikembangkan juga. Ia memelihara berbagai program, termasuk beasiswa dan beasiswa, kuliah, dan seri seminar, dan menyelenggarakan konferensi nasional dan internasional biasa. Semua kegiatan ini harus dibawa bersama-sama dalam lingkungan yang baru.

Ia memiliki pengalaman bertahun-tahun, melalui program beasiswa dan afiliasinya, hosting sarjana mengunjungi dan membantu mereka dalam membuat sebagian besar bahwa kehidupan akademik yang lebih luas dari Oxford yang ditawarkan.

Tentang program beasiswa

Fellows melakukan periode penelitian mandiri dan belajar di OCIS berdasarkan budaya dan peradaban Islam, dan dari semua aspek masyarakat Muslim kontemporer dalam konteks global.

Fellows akan mendapatkan keuntungan dari pertemuan kelompok multi-disiplin dari para sarjana yang berfokus pada dunia Islam, dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kontak dengan individu yang relevan, mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan dunia Islam, termasuk sejarah Islam, ilmu-ilmu Islam klasik, ekonomi dan keuangan Islam, dan studi Islam di Barat. Fellows akan memberikan kontribusi untuk tujuan Pusat untuk mendorong dan mempromosikan dialog yang berkelanjutan dan kolaborasi dalam komunitas akademis global budaya dan peradaban Islam, dan masyarakat Muslim kontemporer.

OCIS adalah pusat studi Independend Diakui untuk Universitas Oxford, dan memberikan titik pertemuan bagi dunia Barat dan Islam belajar. Mulia The Prince of Wales adalah Pelindung Centre. Pusat mengejar tujuan-tujuannya melalui pengajaran, penelitian dan publikasi, melampirkan penting khusus untuk mempromosikan dialog yang berkelanjutan dan kolaborasi dalam komunitas akademis global. Pusat kontribusi untuk studi multi-disiplin dari dunia Muslim dalam dan di luar Oxford, dan diperkuat oleh link akademik internasional yang kuat dan kontak.

Pertemuan dimulai di Oktober 2017 untuk jangka waktu enam bulan penelitian di OCIS.

Apa lingkup penelitian ini?

periode enam bulan penelitian di OCIS
Biaya hidup selama penelitian
tiket pesawat ekonomi dari negara asal mereka ke Inggris PP
Paket penyisihan kegiatan studi terkait.

Siapa yang berhak?

Aplikasi bisa diisi oleh individu-individu dari negara-negara berikut:

Afganistan
Aljazair
Azerbaijan
Bangladesh
brunei
Birma
Mesir
Indonesia
Jordan
Kazakhstan
Kyrgyzstan
Libanon
Libya
Malaysia
Maladewa
Mauritania
Maroko
Nigeria
Pakistan
Wilayah Palestina
Pilipina
Somalia
Srilanka
Sudan
Suriah
Thailand
Tunisia
Turki
Turkmenistan
Uzbekistan
Agar memenuhi syarat untuk Chevening / OCIS Fellowship, Anda harus:

Menunjukkan potensi untuk naik ke posisi kepemimpinan dan pengaruh.
Menunjukkan bahwa mereka memiliki atribut pribadi, intelektual dan interpersonal yang mencerminkan potensi ini.
Menjadi warga negara salah satu negara yang tercantum di atas, yang akan kembali ke negara asal Anda pada akhir periode persekutuan.
Sebuah pascasarjana (PG) tingkat kualifikasi (atau pelatihan profesional yang setara atau pengalaman di bidang yang relevan) pada saat aplikasi;
Signifikan profesional dan / atau akademik pengalaman penelitian (5 + tahun);
Pelamar yang sebelumnya telah menerima keuntungan finansial dari beasiswa HMG didanai atau persekutuan berhak untuk mengajukan permohonan setelah jangka waktu lima tahun setelah selesainya HMG didanai penghargaan pertama mereka dan diminta untuk menunjukkan kemajuan karir mereka dari titik itu;
Memberikan bukti pertemuan setidaknya kemampuan bahasa Inggris minimum untuk Chevening Awards
Tidak memegang kewarganegaraan ganda di mana satu kewarganegaraan adalah British (selain untuk warga negara dibebaskan dari persyaratan ini tercantum dalam Chevening Pedoman Pelamar).
Tidak menjadi pegawai, kerabat karyawan (atau mantan karyawan yang telah meninggalkan pekerjaan kurang dari dua tahun sebelumnya) dari Pemerintah Mulia Her termasuk FCO (termasuk FCO posting), British Council, DFID, MOD, BIS, UKTI dan UKBA, Asosiasi Commonwealth Universitas atau OCIS atau anak mereka yang dimiliki sepenuhnya.
Bagaimana menerapkan

Aplikasi untuk fellowship ini terbuka untuk umum. Cari tahu lebih lanjut tentang proses aplikasi, dan menerapkan, melalui link halaman berikut.


DKM Desa Tenjowaringin dan Kutawaringin Bentuk Forum Komunikasi Masjid


Peserta Pelatihan Khatib sepakat membentuk Forum Komunikasi Masjid Tenjowaringin dan Kutawaringin
Dakwahpos.com, Tasikmalaya- Kegiatan pelatihan imam dan khatib di Desa Tenjowaringin Tasikmalaya berjalan dengan sukses. Kegiatan yang didanai oleh LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini diakhiri dengan pembentukan Forum Komunikasi Masjid Tenjowaringin & Kutawaringin (FKMTK). Forum komunikasi ini diikuti oleh 26 masjid yang berada di dua desa yang saling bersebelahan di Kecamatan Salawu ini.

Menurut Uwes Fatoni, Dosen UIN Bandung yang menjadi pelaksana kegiatan pelatihan, pembentukan forum komunikasi tersebut menjadi media upaya peningkatan kualitas SDM masjid di Tenjowaringin dan Kutawaringin.

"Rekomendasi pelatihan dengan pembentukan forum ini dilakukan untuk memudahkan dan memfasilitasi upaya peningkatan kualitas SDM masjid, bukan fasilitas fisik Masjid. Forum Komunikasi ini juga bisa menjadi acuan bagi kampus UIN Bandung jika ingin melakukan kegiatan pengabdian di di desa Tenjowaringin," ucapnya.

Forum komunikasi tersebut, ungkap Uwes lebih lanjut, dibentuk untuk lebih mempermudah proses koordinasi imam dan khatib masjid, sehingga bisa saling membantu dan mendukung kegiatan-kegiatan masjid.  Diharapkan masjid-masjid di Tenjowaringin dan Kutawaringin bergerak secara terkoordinir, tidak lagi bergerak secara sendiri-sendiri.

Setelah dibentuknya Forum Komunikasi Masjid Tenjowaringin dan Kutawaringin (FKMTK), menurut Uwes, tahap berikutnya perlu disiapkan media pendukung untuk mempublikasikan berbagai kegiatan yang ada di masjid-masjid di Desa Tenjowaringin dan Kutawaringin yang menjadi anggota forum komunikasi tersebut.

"Publikasi tersebut bisa dilakukan dengan kerjasama melalui media Islam seperti Dakwahpos.com maupun secara mandiri melalui website FKMTK, sehingga semua informasi kegiatan masjid bisa diketahui oleh publik," pungkas Uwes.

Reporter: Zam zam, KPI/3D

Arismanto: Pelatihan Khatib Membantu Pemuda Jadi Generasi Penerus Perjuangan Islam

Ustad Arismanto, pengurus DKM Al-Aqsha Patrol Tenjowaringin

Dakwahpos.com, Tasikmalaya- Uwes Fatoni, salah satu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung telah lama aktif melakukan penelitian di Desa Tenjowaringin. Tahun ini ia mendapatkan bantuan dana dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk melaksanakan kegiatan pelatihan imam dan khatib dalam upaya pengembangan sumber daya manusia masjid di Desa Tenjowaringin, Salawu Kabupaten  Tasikmalaya, Selasa, (25/10/2016).

Peserta Pelatihan Imam & Khatib Jumat dalam kegiatan tersebut tidak hanya diikuti oleh para ustad yang sudah tua, namun juga diikuti para ustad dari kalangan muda. salah satunya Ustad Arismanto, pengurus DKM Al-Aqsha Patrol Tenjowaringin. Ia mengungkapkan kebahagiaannya dapat mengikuti kegiatan pelatihan tersebut karena menurutnya kegiatan tersebut turut membantu umat Islam di Tenjowaringin yang selama ini tidak pernah disentuh oleh kampus.

"Alhamdulillah, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen UIN Bandung yangg telah bersedia mengadakan kegiatan pelatihan bagi para pengurus DKM yang ada di Tenjowaringin ini. saya sangat bingah (bahagia-red) dan juga sangat bersuka cita dengan adanya kegiatan ini" ujar ustadz muda yang juga qori' ini, Selasa, (25/10/2016).

Rismanto menambahkan, semoga ke depannya kegiatan ini semakin diperbanyak untuk mempercepat regenerasi pengelola masjid oleh para pemuda. selain itu juga kegiatan ini bisa meningkatkan fungsi masjid dalam bidang idarah, imarah dan ri'ayah. 

"Di desa ini peran pemuda dalam kegiatan keagamaan sangat minim sehingga proses regenerasi terasa sangat lambat. Melalui kegiatan pelatihan ini, mudah-mudahan membantu para pemuda untuk kembali aktif di masjid dan menjadi generasi penerus perjuangan Islam," tutupnya.

Reporter; Zam zam, KPI/3D

MUI Tenjowaringin Dukung Kegiatan Pengabdian Masyarakat Dosen UIN Bandung

Ustad Aceng, Ketua MUI Desa Tenjowaringin


Dakwahpos.com, Tasikmalaya- MUI Desa Tenjowaringin mengapresiasi kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh dosen UIN Bandung di masjid Al-Barokah, Selasa, (18/10/2016). Kegiatan pelatihan Imam dan Khatib yang diinisiasi oleh Uwes Fatoni dengan dana LP2M UIN Bandung ini dipandang sangat membantu usaha pengembangkan sumber daya manusia khususnya pengurus masjid yang ada di Desa Tenjowaringin,

"Kegiatan ini sangat membantu DKM yang ada di Desa Tenjowaringin, karena selama ini jumlah khatib atau ustadz yang ada di desa ini sangat minim di setiap masjidnya. Dengan adanya kegiatan ini proses regenerasi khatib di wilayah Desa Tenjowaringin semakin terbantu," ungkap Aceng, Ketua MUI Tenjowaringin ketika diwawancarai di sela-sela kegiatan pelatihan, Selasa, (18/10/2016).

Ia juga menambahkan kegiatan pelatihan ini pernah direncanakan oleh Kemenag Kabupaten Tasikmalaya. Namun, hingga saat ini kegiatan tersebut belum terlaksana dikarenakan banyak faktor seperti ekonomi, waktu, dan lainnya. Melalui kegiatan pelatihan oleh dosen UIN Bandung, rencana tersebut bisa terlaksana.

Setelah kegiatan pelatihan ini, Aceng berharap ada tindak lanjutnya. Ke depannya pengurus DKM di Desa Tenjowaringin diharapkan bisa bersatu membentuk sebuah Forum yang bisa memediasi dan mengakomodir kebutuhan-kebutuhan masjid di Desa Tenjowaringin dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia para jamaahnya ke arah yang lebih baik.

Reporter: Zam zam


Dosen UIN Bandung Selenggarakan Pelatihan Imam dan Khatib di Tenjowaringin Tasikmalaya

Kegiatan pelatihan Imam dan Khatib Jum'at di Desa Tenjowaringin, Salawu Tasikmalaya

Dakwahpos.com, Tasikmalaya-  Uwes Fatoni, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung menyelenggarakan kegiatan pelatihan Imam dan Khatib Jum'at di Desa Tenjowaringin, Salawu Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (25/10/2016). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mengembangkan sumber daya manusia di pedesaan yang didanai oleh Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

"Kegiatan pengabdian dosen terhadap masyarakat disesuaikan dengan bidang ilmu yang ia kuasai di jurusannya. Salah satu wilayah kajian Komunikasi Penyiaran Islam yang saya ampu adalah kegiatan Tabligh bidang Khitobah. Pelatihan ini menjadi kegiatan pengabdian saya sebagai dosen KPI dalam melatih pengurus DKM, Dewan Kemakmuran Masjid menguasai kemampuan khitobah, khususnya khutbah Jum'at," katanya ketika diwawancarai, Selasa (25/10/2016).

Kegiatan pelatihan ini dilakukan di Desa Tenjowaringin karena dalam pandanganya desa ini merupakan salah satu desa yang sumber daya masjidnya belum maksimal. Selain itu juga, tidak ada regenerasi imam dan khatib Jumat di beberapa masjid di desa tersebut.

"Selama ini fokus kegiatan di masjid Tenjowaringin lebih banyak ditujukan untuk jamaah. Sangat jarang kegiatan yang ditujukan untuk pengurus DKM," ucapnya.

Doktor ilmu komunikasi Universitas Padjadjaran ini mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitiannya tahun 2013 berjudul "Perbandingan Khutbah Jumah antara Masjid Ahmadiyah dan non-Ahmadiyah" ditemukan bahwa kegiatan shalat Jum'at Masjid Ahmadiyah Tenjowaringin terkelola lebih baik dibandingkan masjid non-Ahmadiyah, atau masjid pada umumnya. Kondisi tersebut, menurutnya, ditenggarai karena Tenjowaringin adalah desa dengan mayoritas penduduk menganut ajaran Ahmadiyah.

Kedepannya para DKM Masjid yang ada di Desa tenjowaringin bersatu membentuk sebuah Forum Komunikasi Masjid untuk mengakomodir kebutuhan-kebutuhan masjid dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya  yang lebih baik, termasuk melakukan regenerasi pengurus masjid dengan dukungan kampus.

"Diharapkan ke depannya kegiatan pengabdian di masyarakat ini tidak hanya dilakukan oleh dosen, namun juga oleh mahasiswa sebagai bagian dari proses pengaplikasian ilmu yang dipelajarinya di kampus," pungkasnya.

Reporter: Zam zam

Pengendara Motor Sempat Laksanakan Sholat Jum’at di Masjid Al-Hudhorie

Shalat Jum'at di Masjid Jamie Al-Hudhorie

Dakwahpos.com Bandung., - Masjid Jamie Al-Hudhorie, Kota Bandung terlihat ramai oleh para pengendara motor yang hendak melaksanakan shalat Jumat, (21/10).

Pelaksanaan shalat Jum'at di Masjid Jamie Al-Hudhorie mayoritas adalah para pengendara motor yang sedang dalam perjalanan cukup jauh, dan lalu menyempatkan waktunya untuk melaksanakan shalat Jum'at.

Tak heran, jika para pengendara motor lebih memilih melaksanakan sholat Jum'at di Masjid Jamie Al-Hudhorie, karena masjid tersebut mudah dijangkau oleh mereka.

Usai pelaksanakan shalat Jum'at, mereka beristirahat sejenak di masjid tersebut, lalu melanjutkan perjalanannya.

"Saya lebih memilih Masjid Jamie Al-Hudhorie karena mudah dijangkau, kebetulan saya sedang dalam perjalanan, lalu saya menyempatkan waktu untuk shalat Jumat disini." Ujar Pardi, salahsatu pengendara motor, ketika ditanya tempo pada hari ini, Jum'at (21/10) oleh Dakwahpos.com, di Masjid Jamie Al-Hudhorie.

Reporter: Nurain, KPI/ 3C

Sibuk Bekerja, Jamaah Shalat Jumat Masjid Al-Falaah Berkurang

masjid Al-Falaah

Dakwahpos.com, Bandung- Warga Pasir Biru melaksanakan shalat Jumat berjamaah di masjid Al-Falaah, Bandung, Jawa Barat. Jamaah terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa.

Dari pantauan tim dakwahpos.com, Jumat (21/10), Jumlah jamaah Jumat yang hadir dapat dikatakan kurang padat. Sebagian warga yang sibuk bekerja memilih untuk shalat Jumat di tempat bekerjanya masing-masing guna memenuhi kewajibannya.

"Mungkin ini kurang begitu padat, biasanya lebih padat dari ini, soalnya sibuk kerja, orang-orang mungkin shalatnya di tempat kerja, biasanya sampai ke lantai atas masjid" ujar Supiana, Sekretaris DKM masjid Al-Falaah, saat diwawancarai tim dakwahpos.com usai melaksanakan shalat Jumat.

Meski demikian, para warga tetap antusias melaksanakan shalat Jumat dengan khidmat seperti biasanya.

Reporter: Nisa Khoiriyah, KPI/ 3C

Masjid Raya Al Hasan Gelar Shalat Berjamaah Setiap Waktu

Kegiatan shalat di Masjid Raya Al Hasan

Dakwahpos.Com, Bandung – Masjid Raya Al Hasan aktif mengajak masyarakat sekitar untuk menghidupkan dan mensejahterakan masjid. Kegiatan yang berkaitan dengan peribadahan seperti solat, mengaji dan sebagainya selalu dilaksanakan di masjid.  

Ketua DKM Masjid Raya Al Hasan, Nasucha menjabarkan, kegiatan peribadahan seperti solat dilaksanakan secara berjamaah, adapun mengaji itu waktunya tidak menentu.

"Ya, di masjid ini selalu dilaksanakan sholat berjamaah kecuali Dzhuhur dan Ashar, karena masyarakat banyak yang kerja. Adapun mengaji itu diadakan setiap malam hari." Sebut .Nasucha saat ditemui di Sekretariat DKM Masjid Raya Al Hasan.

Hari jum'at Masjid Raya Al Hasan selalu dipakai untuk menggelar solat Jum'at oleh masyarakat sekitaran masjid. "Masjid Raya Al Hasan ini selalu menggelar shalat jum'at khususnya warga masyarakat  Panyileukan,"  terang Nasucha.

Tak hanya itu masjid yang berada di kec. Panyileukan ini juga selalu mengadakan kegiatan yang bersifat edukatif, seperti kegiatam pidato dan lain sebagainya saat perayaan hari besar Islam. "betul memang, di masjid ini kami selalu mengadakan kegiatan-kegiatan seperti peringatan tahun baru Islam dan kegiatan-kegiatan PHBI lainnya."  Sebut dia.

Masyarakat menyambut baik terhadap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh masji Raya Al Hasan. "Adapun antusias masyarakat sangat proaktif dengan kegiatan tersebut, terbukti dengan selalu mendukungnya masyarakat dan membantu memeriahkan dalam pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan oleh DKM masjid itu sendiri." Terang.Sukatma selaku seksi pendidikan dan peribadatan.

Reporter: Abdul Gupron, KPI/3A

Masjid Nurul Iman Gelar Pengajian Rutin Ba’da Magrib

Masjid Nurul Iman


Dakwahpos.com, Bandung – Mesjid Nurul Iman aktif mengajak masyarakat sekitar untuk menghidupkan dan mensejahterakan masjid, kegiatan yang berkaitan dengan peribadahan seperti shalat, mengaji dan sebagainya selalu dilaksanakan di masjid. 

Bendahara DKM masjid Nurul Iman,Asep menjabarkan, kegiatan peribadahan seperti shalat dilaksanakan secara berjamaah. "Ya, di masjid ini selalu dilaksanakan pengajian rutin kecuali Shubuh ,Dzhuhur dan Ashar, karena remaja dan anak-anak masih di sekolah. Adapun mengaji itu diadakan setiap ba'da shubuh dimana pada bulan Ramadhan." Sebut Asep saat ditemui di Sekretariat DKM Nurul Iman.

"Sayangnya anak-anak yang mengaji disini mereka berhenti ketika memasuki dunia SMA. Mereka mulai merasa enggan dengan pengajian rutinan dan lebih memilih dengan teman sebayanya. " Kata pengajar yang biasa di sapa Nurunnisa.

Nurunnisa merasa bingung dengan cara mengajar anak karena pada dasarnya anak lebih suka bercanda ketimbang mengaji, ketika anak dimarahi mereka jadi enggan untuk mengaji. Nurunnisa pun harus tetap sabar dalam mendidik anak-anaknya.

Reporter : Dinar Gymnastiar, KPI/3

Pesantren Manfaatkan Masjid Manhaj Thulab Tempat Kegiatan


Dakwahpos.com, Bandung- Masjid Manhaj Thulab dikarenakan dekat dengan pesantren, selain menjadi tempat beribadah, oleh santri juga dijadikan sebagai tempat untuk berbagai kegiatan, sehingga Masjid ini tidak pernah sepi dari berbagai kegiatan, terutama saat hari libur kuliah.

Seperti yang disampaikan oleh Adriya Mediandri (25), bahwa Masjid ini selalu ramai dengan kegiatan pesantren, karena nyaman dan tidak sempit. Bahkan masjid Manhaj Thulab sudah menjadi tempat sehari-hari untuk para santri.

"Santri di sini jumlahnya lumayan banyak, jadi untuk kegiatan yang membutuhkan tempat luas, ya mungkin kita memilih di kawasan Masjid. Masjid ini memang dibangun untuk kelangsungan umat, tetapi juga untuk kelancaran berbagai kegiatan pesantren,"  jelas Adriya, ketua DKM sekaligus pengurus pesantren saat ditanya oleh dakwahpos.com, Ahad (30/10/2016).

Kegiatan yang biasa diselenggarakan di masjid Manhaj Thulab antara lain ; Pesantren weekend, mengkaji kitab, khazanah ke-Islaman, dan Peringatan Hari Besar Islam.

Masjid yang terletak di daerah Manisi ini, selain tempatnya luas, juga dekat dengan pesantren mandiri mahasiswa sehingga selain warga, banyak santri  yang memanfaatkan Masjid atau halamannya untuk berbagai kegiatan pesantren yang ada.

Reporter : Mahmudah, KPI/3B
Caption poto : Salah satu kegiatan pesantren di halaman masjid Manhaj Thulab

Interior Minimalis Modern, Masjid Al-Hasan 2 Pikat Jamaah Sekitar

Ruangan shalat Masjid Al-Hasan 2
Dakwahpos.com, Bandung- Masjid Al-Hasan 2 yang dibangun sekitar tahun 1993 memiliki gaya bangunan minimalis modern, dengan ornamen yang lengket dengan khas jawa.
Ada penampakan yang berbeda dari masjid Al-Hasan 2. Jika dilihat dari luar, bangunan masjid Al-Hasan 2 tidak seperti bangunan-bangunan masjid pada umumnya yang memiliki kubah. Masjid ini justru sekilas kelihatan seperti rumah, ditambah dengan ukuran masjid yang tidak terlalu besar.
Meskipun begitu masjid ini memiliki interior yang indah, yakni perpaduan antara gaya minimalis modern dan ornamen khas jawa. "Masjid ini dibangun dengan dana yang tidak terlalu besar, tetapi dalam pengerjaannya kami semaksimal mungkin membuatnya agar menarik perhatian, khususnya jamaah sekitar masjid", ujar Permana saat diwawancara, Rabu (06/10).
Terbukti dengan adanya masjid Al-Hasan 2 yang didesain dengan baik ini, sekarang banyak jamaah sekitar masjid antusias terhadap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh DKM masjid Al-Hasan. "Alhamdulillah, dengan adanya masjid yang indah ini masjid jadi ramai", ungkap Permana.
Memakmurkan masjid adalah kewajiban umat Islam, bukan saling berlomba-lomba membangun masjid mewah tanpa memakmurkannya. "Problem umat sekarang adalah banyak membangun masjid tapi yang memakmurkannya kurang",  sambung Permana.
Reporter : Aji Ginanjar, KPI/3A

Djuanda: Jamaah Masjid At-Tabiyatul Islamiyyah Semakin Sedikit

Djuanda, DKM At-Tarbiyatul Islamiyyah.

Dakwahpos.com,Bandung. – Masjid At-Tabiyatul Islamiyyah Cipadung yang diketuai Djuanda ini selalu adakan kegiatan.

Djuanda, ketua Dewan Kemakmuran Masjid yang lama menjabat. Ia telah menjadi ketua DKM sejak tahun 2010. Sudah enam tahun beliau memimpin masjid Cipadung ini. Ia dipilih warga untuk menjadi ketua DKM masjid yang letaknya tidak jauh dari UIN Bandung.

Djuanda mengatakan bahwa Beliau merupakan mantan mahasiswa UIN. Ia kuliah di UIN sebelum nama IAIN diganti menjadi UIN. Ia lulus tahun 1988.

Djuanda lalui masa kepemimpinannya sebagai DKM dengan semangat yang tinggi, beliau selalu mengadakan kegiatan untuk memakmurkan masjid. Walaupun jamaah masjid kadang-kadang tidak banyak yang mengikuti acara di masjid namun ia tidak pernah melewatkan kegiatan tersebut.

"Saya merasa  bingung dengan banyak jamaah yang semakin sedikit dari hari ke hari tapi biarkan saja  itu sudah menjadi keputusan mereka, biarkan ini mengalir dengan sendirinya" kata Djuanda, Kamis (27/10/2016).

Meski jemaah dari hari ke hari semakin sedikit, namun semangatnya untuk tetap memimpin masjid Cipadung ini tidak pernah usai. Bahkan ia lakukan ini semua semata-mata untuk Allah dengan ajakan secara perlahan kepada jamaah agar jamaah mau mengikuti kegiatan di masjid dengan alasan karena Allah.

Reporter : Hani Solehatunnisa, KPI/3B

Mahasiswa UIN Bandung Tawarkan Diri Ajari Mengaji Anak-anak Masjid At-Tabiyatul Islamiyyah


Dakwahpos.com,Bandung. – Masjid At-Tabiyatul Islamiyyah mengadakan pengajian anak ba'da Maghrib sampai dengan adzan Isya. Pengajian ini dilakukan rutin setiap hari kecuali hari kamis.

Pengajian dihadiri oleh anak-anak berbagai usia, dari anak TK sampai SMP. Anak-anak mengaji tanpa di pungut iuran sepeserpun. Kegiatan ini dibimbing oleh ustadz dan mahasiswa namun kebanyakan pengajar mahasiswa yang masih kuliah. Mereka menawarkan dirinya untuk mengajari anak-anak mengaji tanpa digaji.

"Pengajar mengajari anak-anak dengan suka rela tanpa paksaan. Merekapun tidak dibayar. Saya tidak tahu untuk kedepannya mereka akan dibayar atau tidak" ujar Djuanda ketua DKM. (27/10/2016).

Pengajar di masjid ini kebanyakan sorang perempuan yang baru masuk kuliah tahun ini. Mahasiswa yang mengajari anakpun tidak meminta upah ke masjid, namun setiap bulannya masjid ini sering didatangi mahasiswa yang menawarkan dirinya untuk mengajari anak tanpa  bayaran.

"Saya mengajar disini dengan suka rela. Di masjid ini sangat menerima mereka yang mau ngajar anak-anak dengan ikhlas tujuannya karena Allah" kata Acep seorang mahasiswa (26/09/2016).

Sedikit sekali anak yang mengaji di masjid Cipadung ini. Anak-anak dari hari ke hari semakin enggan untuk mengaji, mungkin karena faktor wilayah yang letaknya perbatasan antara kampung dan kota. Tapi para mahasiswa yang mengajari anak mengaji ini tidak pernah mundur dan mereka tetap semangat untuk mengajari anak mengaji tanpa meminta imbalan.

Reporter : Hani Solehatunnisa ( KPI/3/B).


caption foto: Pengajian Anak yang dibimbing oleh mahasiswa.

Saat Istigosah, Jamaah Masjid At-Tarbiyatul Islamiyyah Berkurang

Pelaksanaan Istigosah di Masjid At-Tarbiyatul Islamiyyah.

Dakwahpos.com,Bandung - Masjid At-Tabiyatul Islamiyyah adakan istigosah setiap malam jumat. Istigosah dilaksanakan seusai Maghrib sampai Isya.

Kegiatan istigosah di masjid ini dilakukan secara rutin setiap malam jumat kedua dan malam jumat keempat. Waktu pelaksanaannya tidak menentu, terkadang istigosah selesai pukul delapan atau Sembilan. Pemimpin istigosah biasanya membawakan ceramah singkatnya namun pada saat ini karena waktu yang tidak mencukupi maka tidak ada ceramah dalam istigosah. Kegiatan ini dihadiri oleh bapa-bapa dan ibu-ibu warga Cipadung. Adapun anak muda ikut hadir dalam acara.

"Saya sangat mengharapkan istigosah ini dapat dihadiri semua orang terutama oleh mahasiswa dan mahasiswi" ujar Djuanda ketua DKM. (27/10/2016).

Istigosah kali ini, jamaah banyak yang tidak hadir. Awalnya istigosah dihadiri banyak jamaah. Semakin hari kegiatan ini semakin enggan diikuti oleh masyarakat Cipadung. Mungkin karena factor hujan dan banyak masyarakat yang mempunyai kepentingan lain.

"Sulit untuk menyadarkan masyarakat, bingung untuk kedepannya. Saya jalani saja seadanya, tidak memikirkan agar banyak yang mengikuti istigosah karena mereka sudah pada tua dan mengerti" kata Djuanda (27/10/2016).

Meski tidak banyak jamaah yang menghadiri, namun ketua DKM tetap melaksanakan kegiatan ini. Banyak manfaat yang dapat diambil dari istigosah yaitu mempererat silaturahmi antar warga, dan semoga dengan berdoa salah seorang dari mereka yang berdoa dapat dikabulkan oleh Allah SWT.

Reporter : Hani Solehatunnisa, KPI/3/B

Masjid Kifayatul Achyar, Tempat Favorit Para Pedagang

Pedagan depan Masjid Kifayatul Achyar

Dakwahpos.com, Bandung – Berdagang merupakan sesuatu yang banyak dilakukan oleh seseorang untuk menyambung hidup. Banyak pedagang yang menjajakan makanannya di lapak-lapak kosong, tak terkecuali di halaman depan Masjid Kifayatul Achyar. Halaman depan Masjid ini hampir setiap hari dipenuhi oleh para pedagang, dari mulai pedagang makan, asongan, sampai menjual pernak-pernik.

"Terkadang memang semua pedagang-pedagang yang ada di halaman masjid ini sedikit menggangu, karena dengan adanya pedangan ini rutinitas ibadah menjadi terhambat, ada yang malah makan-makan di saat waktu shalat dan menjadikan tempat nongkrong mahasiswa".ujar pengurus masjid. Sabtu (29/10/2016)

Masjid ini dulu biasanya bersih tanpa pedagang, orang-orang khususnya jamaah merasa tenang untuk beribadah, akan tetapi jamaah lebih cenderung sedikit. Dan memang pada hikmahnya dengan adanya pedagang masjid ini dijadikan tempat beristirahat  oleh orang- orang yang mengunjungi masjid ini khususnya untuk beribadah di saat waktu shalat tiba.

Dengan adanya masjid ini para pedagang mempunyai keuntungan yang lebih banyak untuk mencari nafkah juga dijadikan tempat favorit yang biasa mereka dagangkan, selain itu masjid ini menjadi tempat untuk menyambung silaturahmi antar seama pedagang, dan juga pedagang dengan pembeli. Oleh karena itu, selain menjadi sarana mencari nafkah,di Masjid ini mereka juga bisa mendapatkan pahala silaturahmi.

Reporter: Ratna Inten/KPI/3C

Jamaah Masjid Al-Fauzu Manfaatkan Malam Jum’at Pertebal Syiar Islam


Dakwahpos.com, Bandung – Malam Jum'at biasa digunakan oleh Muslim Indonesia untuk mengadakan berbagai kegiatan sosial maupun keagamaan, entah itu pengajian ataupun kumpul komunitas, rasanya sangat pas bila hari jum'at dijadwalkan sebagai waktu untuk mempererat tali silaturahim.

Di Masjid Al-Fauzu Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Timur, malam jum'at juga dimanfaatkan oleh jama'ahnya untuk mengaji bersama selepas sholat maghrib hingga isya, dimulai dari membaca surah yasin, Tahlil dan doa penutup yang menandakan bahwa pengajian telah selesai.

"Pentingnya mengaji tuh ada 4, yang pertama forum pengajian bisa digunakan sebagai wadah silaturahim, sebagai tambahan ibadah sehari-hari, kepentingan bersama dapat diutarakan dalam forum ini, dan masalah dalam kehidupan juga dapat dikomunikasikan di forum." ujar Sofiyan Anwar, Kamis.

Sofiyan Anwar menambahkan, Budaya pengajian setiap malam jum'at juga dapat dikaitkan dengan program Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil. Katanya, pengajian tak perlu diprogramkan sebenarnya, sebab sudah sewajibnya Al-Qur'an harus dikaji agar masalah dalam kehidupan dapat terpecahkan.

"Budaya mengaji perlu kita lestarikan, sebab didalamnya terdapat sarana pembelajaran yang berguna untuk anak cucu kita, media pengajian juga bisa kita gunakan untuk kepentingan syiar dakwah. Caranya dengan, jangan sampai sehari saja Al-Qur'an kita lupakan dan tidak kita baca, agar lantunannya bisa selalu kita dengar dan kita rasakan dirumah atau ditempat umum sekalipun." jelasnya.

Reporter: Andhika Wisnu Pratama KPI/3A

Wahyu: Pekerjaan Bukan Alasan Enggan Urus Masjid


Dakwahpos.com, Bandung - Masjid Al-Mubarok  melakukan pergantian ketua DKM selama dua kali, pada periode yang kedua ini, amanah menjadi ketua DKM di percayakan kepada Wahyu, donatur utama di masjid tersebut.

Wahyu terpilih menjadi ketua DKM pada tahun 2009. Beliau bekerja di perhutani sebagai ketua biro akutansi pusat.  Wahyu memiliki kepedulian yang sangat baik terhadap masjid. 7 tahun kepemimpinan beliau tentu bukanlah hal yang mudah, di samping pekerjaannya yang super sibuk beliau juga harus mengurusi segala keperluan di masjid.

Karena jarangnya beliau mengikuti aktivitas kegiatan di masjid, maka segala keperluan di masjid selama beliau tidak ada di percayakan kepada Rahadi orang kepercayaan beliau. Rahadi merupakan bendahara di masjid Al-Mubarok. Rahadi memiliki tugas untuk melaporkan segala bentuk kegiatan di masjid kepada Wahyu selaku ketua DKM.

Rahadi menuturkan " dalam keorganisasian memang sedikit terhambat dengan kesibukan beliau, tetapi komunikasi antara ketua dengan pengurus selalu berjalan dengan baik, semua kegiatan di masjid beliau selalu tau kondisinya termasuk masalah keuangan tiap bulannya.

Reporter : Aep Saepudin, KPI/3A.

Camat Ujung Berung Kunjungi Masjid Al-Ikhlas Ciporeat


Dakwahpos.com, Bandung – kunjungan dari Kecamatan Ujung Berung ke Masjid Al-Ikhlas Ciporeat merupakan kunjungan dalam kegiatan magrib mengaji. Selain itu juga ada kegiatan makan bersama warga Ciporeat, dan hal ini merupaka program dari PPIPK kota Bandung.

Dalam kegiatan tersebut tampak hadir Bapak Camat, Drs. Taufik dan istrinya Ibu Yanti, pak lurah beserta anggotanya dan warga sekitar yang berada di dekat masjid Al-Ikhlas, mulai dari anak-anak hingga orangtua ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Kegiatannya dimulai dari ba'da ashar hingga malam. Sususnan acaranya yaitu sambutan dari dari bapak camat, ketua DKM, membaca yasin bersama-sama dan tanya jawab antara anak-anak dan pak camat.

Tujuan pak camat datang ke masjid untuk melihat kondisi magrib mengaji, sekaligus makan bersama warga dan ia memberikan bantuan kepada warga yang kekurangan ekonomi, ia juga memberikan motivasi kepada warga agar tetap eksis dalam mengaji.

"Mudah-mudahan ke depannya pemerintah bisa lebih memerhatikan keadaan warga yang kekurangan ekonomi dan memberikan bantuan serta kegiatan magrib mengaji bisa terus dijalankan, mudah-mudahan semangat dalam mengaji tidak akan pernah pudar", ujar Taufik, Selasa (25/10).

Reporter : Dede Kartika, KPI/ 3 A

Masjid Al-Barokah Kekurangan Guru Ngaji

Doden, ketua DKM Masjid Al-Barokah


Dakwahpos.com, Bandung - Kesibukan masyarakat membuat terbengkalai pengajian anak-anak di Masjid Al-barokah Cibiru-Bandung.

Sibuknya DKM Masjid Al-Barokah dan pengurus-pengurus yang lainya membuat anak-anak sangat jarang beraktivitas di Masjid tersebut. Doden, ketua DKM Masjid Al-Barokah selain mengurus Masjid, beliau juga pengurus kebersihan di labdak fakultas dakwah dan komunikasi UIN SDG Bandung.

"saya beserta staf Masjid Al-Barokah sangat sibuk dengan pekerjaan kami, karena itu saya bukan tidak atau membantu kegiatan pengajian di Masjid Al-barokah ini", ujarnya.

Mahasiswa UIN SGD Bandung fakultas Tarbiyah dan Keguruan pernah mengajar anak-anak di Masjid Al-Barokah tersebut.

"beberapa bulan kebelakang ada mahasiswa UIN SGD Bandung mengajar pengajian anak-anak di Masjid ini, karena sudah lulus wisuda mereka tidak meneruskan mengajar lagi, dan pulang ke daerah masing-masing", ujarnya.

Dengan demikian Masjid Al-Barokah saat ini mengalami kepakuman dalam pengajian, khususnya dalam peengajian anak-anak.

Reporter : Cep Ilham Sakapurnama, KPI/3A

Abdul Furqon: Butuh Pendekatan Emosional Dorong Mahasiswa Ikut Shalat Berjamaah



Dakwahpos.com  -  Bandung,  Butuh pendekatan emosional dan komunikasi lebih untuk mengajak para mahasiswa yang tinggal di sekitar masjid agar ikut serta dalam melaksanakan shalat berjamaah. Demikian dipaparkan Abdul Furqon, salah satu jamaah Masjid Al – Ikhlas Jalan Manisi Cibiru Bandung.

Masjid Al – Ikhlas adalah salah satu Masjid yang lokasinya dekat dengan kost – kostan yang mayoritas tinggal didalamnya Mahasiswa, Namun hanya sedikit mahasiswa yang mengikuti kegiatan shalat berjamaah.

"Kita husnudzon saja, melihat Mahasiswa di sini kebanyakan aktivis yang mana kegiatan mereka pasti sampai malam, maka dari itu mereka tidak sempat shalat berjamaah disini," ujar Abdul Furqon,  mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung jurusan Sejarah Peradaban Islam saat ditemui di lokasi.

Taufik Abraham,  mahasiswa lain juga mengatakan bahwa keinginan untuk shalat berjamaah kembali kepada individunya masing – masing, karena keinginan untuk shalat berjamaah itu datang dari diri sendiri bukan dari orang lain.

"Mahasiswa itu dilihat dari latar belakangnya juga, misalnya kang Abdul Furqon. Dia lulusan pesantren insya allah shalat berjamaah nya juga rutin," ucap Taufik Abraham,  salah satu jemaah yang diwawancari usai shalat isya berjamaah.

Pihak DKM pun merencanakan pembuatan surat undangan untuk berkumpul bersama di masjid, sekaligus sosialisasi agar Mahasiswa sekitar menyadari bahwa shalat berjamaah itu lebih diprioritaskan ketimbang shalat sendiri – sendiri.

"Insya Allah kita akan membuat surat resmi dari pihak masjid, untuk mengundang Mahasiswa yang tinggal disekitar masjid agar dapat berkumpul bersama. Karena dengan adanya kegiatan kumpul seperti ini ikatan emosional antara pihak DKM dan Mahasiswa akan semakin dekat," lanjut Abdul Furqon.

Reporter:    Afif Hafidhuddin, KPI/3A



Iban Berhasil Ubah Pola Pikir Anak Punk Lebih Positif

Anak-anak Masjid Al-Ikhlas


Dakwahpos.com,Bandung –Banyak keluhan dari masyarakat sekitar karena gaduh dengan kelakuan anak punk di daerah Paledang. Selain keselamatan terganggu masyarakat takut anak-anak mereka juga terbawa pergaulan anak punk tersebut.

"Di daerah Masjid Al-Ikhlas ini dulu sangat sulit untuk mendapatkan dorongan dari anak anak muda karena disini adalah daerah yang banyak anak-anak punk entah itu orang pribumi asli atau orang-orang luar yang sering datang ke sini dan menjadi khawatiran pada masyarakat," ucap Iban ketika diwawancarai di Masjid Al-Ikhlas (Rabu/25/10/2016)

Tetapi keberanian Iban, Ketua DKM Al-Ikhlas mendekati anak-anak punk itu untuk mengubah pola pikir mereka menjadi lebih positif dan memberikan pemahanan terhadap agama Islam membuahkan hasil.

"Dulu saya sempat takut dengan anak-anak punk itu tetapi saya memberanikan diri untuk merangkul anak-anak punk itu,Alhamdulillah sudah 3Tahun banyak anak-anak punk yang dulu meresahkan warga sekarang menjadi bersahabat dengan warga dan warga pun menjadi tidak cemas dengan keberadaan anak-anak punk itu walaupun masih ada beberapa orang anak-anak punk tetapi tidaak seberandalan dulu."ucap Iban

Hati anak-anak pun di sekitar daerah sini tergugah karena Iban memberikan pemahan karena hidup anak punk yang berandalan masih punya harapan dan kelakuaan salah yang pernah di lakukan bisa dimaafkan Allah apabila kita taubat sungguh sungguh.

"Hidup saya dulu sangat hancur karena saya kehilangan orang kesayangan saya dan hidup saya sudah tanpa arah, sekolah saya kacau,cari kerja susah karena lulusan SMP,akhirnya saya hidup dijalanan bergabung dengan anak punk agar bisa tetap hidup,Tetapi sekarang saya sudah insaf karena apapun yg saya pikirkan itu semua salah dan saya mulai membuka lembaran baru dan lebih dekan dengan allah.Semoga saja teman teman saya juga diberi hidayah oleh Allah SWT." ujar Robi salah satu anak pun.

Reporter : Aditya Pratama, KPI/3A

Ismail: Menjadi Marbot Harus Bisa Lakukan Banyak Hal

Ismail, Marbot masjid Jami Al-Islah

Dakwahpos.com-Bandung- Marbot atau ta'mir masjid merupakan seseorang yang berjasa dalam mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kegiatan masjid. Begitu pun dengan masjid Jami Al-Islah. Masjid yang beralamat di Rt 03 Rw 10 Cibiru Hilir ini memiliki beberapa ta'mir yang membantu dalam mengurusi kegiatan-kegiatan masjid.  Hal ini pun dirasakan oleh Ismail (37) yang telah menjadi pengurus DKM Al-Islah selama dua tahun.
Ismail mengatakan bahwa menjadi seorang marbot bukan hanya bertugas sebagai muadzin, imam solat dan  membersihkan masjid saja, tetapi menjadi seorang marbot juga harus bisa melakukan banyak hal.
"Selain harus bisa melakukan hal-hal yang umum dilakukan oleh seorang marbot, seorang marbot juga harus bisa mengajar anak-anak mengaji,memandikan jenazah, memimpin tahlilan apabila ada sukuran-sukuran, dan apabila ada seorang khotib yang berhalangan hadir, maka seorang marbotlah yang harus menggantikan khotib tersebut." ujarnya, Ahad, (30/10)
Menjadi seorang marbot menurutnya merupakan tugas dan sekaligus pembelajaran baginya. Karena menurut marbot asal NTT ini, ilmu-ilmu tentang keagamaan yang didapatnya ini dapat dia amalkan kembali di kampung halamannya.
"Ketika saya pulang ke NTT, biasanya saya mengamalkan ilmu-ilmu keagamaan yang saya dapat disini sekaligus mengembangkan dakwah keagamaan disana, karena wilayah NTT  khususnya di kampung halaman saya belum  banyak orang-orang yang mengembangkan dakwah Islam disana. Karena Islam masih menjadi minoritas disana lain halnya dengan disini." Tambahnya
Reporter : Arman Muharam KPI/3A

Tak Hanya Orang Dewasa, Anak-Anak Pun Ikut Sholawatan di Masjid Al-Ikhlas

Masjid Al-Ikhlas

Dakwahpos.com, Bandung – Tidak hanya ibu-ibu yang mengikuti kegiatan shalawatan di masjid Al-Ikhlas, tapi anak-anak juga diajak untuk mengikuti kegiatan tersebut.
 Shalawatan adalah kegiatan rutinan yang dilaksanakan setiap malam jum'at bada isa di masjid Al-Ikhlas, dimana kegiatan ini dikhusukan untuk ibu-ibu setempat. Namun ada yang menarik dalam kegiatan ini, anak-anak di daerah setempat juga mengikutinya dan sangat antusias.
"Sengaja kami ajak anak-anak untuk mengikuti kegiatan ini agar ketika dewasa mereka begitu mengagungkan Rosulullah dan menjadikan beliau sebagai idolanya, itulah alasan hal ini di tanamkan kepada mereka dari sejak dini dan agar kedepannya ada yang meneruskan ketika mereka sudah dewasa", jelas Dede Mardiah, Kamis (27/10/2016).
Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul 19.30 sampai 21.00 WIB yang didalmnya banyak sekali bacaan-bacaan yang mengandung makna mengagungkan Rasulullah dan memanjatkan do'a kepada beliau.
Kita sebagai seorang muslim sangat dianjurkan untuk mengagungkan Rosulullah dan mengikuti sunahnya karena di hari perhitungan nanti  beliau akan membantu kita dengan syafa'atnya agar bisa masuk ke syurga bersama beliau, dan kegiatan Shalawatan yang dilaksanakan di Masjid Al-Ikhlas ini adalah salah satu bentuk kita mengagungkan beliau.
Reporter :  Bani Arrasyid KPI/3A



Setiap malam Minggu Masjid Al-Husna Rutin Adakan Muhadoroh Anak-anak

Muhadharah di Masjid Al-Husna

Dakwahpos.com, Bandung- Masjid Al-Husna setiap malam minggu setelah maghrib laksanakan muhadharah. Kegiatan ini dalam rangka mengasah keterampilan dan kreatifitas anak dalam menampilkan bakatnya.

Meski keadaan fasilitasnya kurang memadai muhadharah tetap berjalan dengan lancar. Rifqi selaku pelaksana menambahkan bahwa kegiatan belajar muhadhoroh ini merupakan kegiatan yang harus di hadiri oleh anak-anak pengajian masjid Al-Husna itu sendiri.

Tujuannya untuk melatih anak memberanikan diri berbicara di depan orang banyak. Anak diberikan keleluasaan selama waktu muhadharah itu tiba untuk berlatih mempersiapkan apa yang akan mereka tampilkan.

Adapun kegiatan di muhadharah ini. Anak akan menyampaikan pidato yang bertemakan keagamaan, dan ada juga yang membacakan lantunan ayat suci Al-Qur'an, dan pembacaan shalawat. agar anak bisa terbiasa dalam menampilkan keterampilannya itu.

"Saya melaksanakan kegiatan muhadharah ini untuk melatih mental anak agar setelah dewasa ia sudah terbiasa berbicara di depan masyarakat. Dan sekarangpun anak-anak sudah mulai terlihat kreatifitasnya", ujar Rifqi, Sabtu (29/10).

Reporter: Devia Munawaroh, KPI/3A

Jarang Pemuda, Masjid Jami Nurul Iman DIdominasi Lansia

Masjid Jami Nurul Iman

Dakwahpos.com, Bandung- Masjid Jami Nurul Iman adakan shalat berjamaah. Masyarakat yang ikut berjamaah mayoritas hanya Lansia saja. Rahmat (20), pemuda desa Cipadung menuturkan bahwa para pemuda memang  jarang ikut shalat  jamaaah disana.
"Pemuda disini jarang ikut Shalat Jamaah, mereka disibukan oleh aktivitasnya sendiri. Organisasi DKM pun tak ada yang ikut, kecuali Karang Taruna. Rata-rata mereka malas datang ke Masjid, memang jamaah disini banyaknya orang tua yang sudah sepuh," ungkap Rahmat saat diwawancarai dakwahpos.com Jum'at (28/10/2016).
Kesulitan mengajak pemuda desa Cipadung ikut serta Shalat berjamaaah, disampaikan pula oleh Ade(55) ketua DKM Nurul Iman. Beliaupun lebih sering mengajak para lansia untuk turut serta memakmurkan masjid.
"Dimanapun pemuda itu memang sulit dikerahkan ikut Shalat jamaah di masjid, begitupun pemuda disini. Bukan berarti pemuda tidak penting ikut Shalat jamaah, tapi dengan banyaknya orang tua dan Lansia yang ikut shalat berjamaah disini mudah-mudahan dapat menjadi Uswah Khasanah juga membuka pintu hati mereka menjadi ahli masjid," pungkas Ade.

Walaupun begitu, Jamaah shalat fardu di masjid Nurul Iman terhitung banyak. 3 shaff pertama selalu dipenuhi warga, rata-rata usia lansia dan orang tua. Adapun pemudanya sendiri hanya ada beberapa orang saja.

Reporter: Megandini Al-Fiqri, KPI/3B

20 Tahun, Nandang Abdullah Mengabdi untuk Madrasah

Nandang Abdullah

Dakwahpos.com, Bandung - Nandang Abdullah, seorang guru ngaji madrasah Darul Ulum telah menjadi guru selama 20 tahun. Beliau bukan asli warga setempat melainkan dari Tasikmalaya dan sudah lama menetap di Bandung. Nandang Abdullah mulai mengajar dari tahun 1996 sampai sekarang.

"Saya mengajar di madrasah in dari tahun 96 sampe sekarang," tutur Nandang Abdullah, Sabtu (29/10).

Beliau juga mengatakan jika dulu guru mengaji di madrasah Darul Ulum tidak hanya satu tetapi ada banyak, dan sekarang hanya tinggal beliau yang mengajar anak-anak mengaji di Madrasah Darul Ulum.

Pengajian yang dimulai sehabis Maghrib hingga Isya, mempunyai 21 orang murid. Tingkat pendidikan dari murid yang mengaji di madrasah bervariasi, mulai dari Taman kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Pertama. Anak-anak yang mengaji diajarkan berbagai macam pelajaran seperti tajwid, sholat, hapalan hadits serta surat surat pendek dalam Al-Quran.

"Kalau sekarang saya mengajar tajwid, sholat, hapalan hadits dan surat pendek," ujar Nandang Abdullah.

Reporter: Damar Retno Dhyanti, KPI/3A

Anak Diniyah Al-Wathoniyah Adakan Pengajian Yasinan Setiap Malam Jum’at

Madrasah Al-Wathoniyah
Dakwahpos.com, Bandung - Sudah menjadi rutinitas dan kebiasaan di Madrasah Al-Wathoniyah adakan pengajian yasinan yang di ikuti oleh jama'ah Al-Wathoniyah khususnya anak anak Diniyah.

Anak diniyah terlihat giat dan rajin mengikuti pengajian tersebut, tentunya didampingi oleh mudaris agar kegiatan yasinan berjalan dengan lancar.

"Pengajian ini awalnya dimasjid, namun dikarenakan anak-anaknya banyak, ada yang di luar RW. Makannya masyarakat langsung membangun madrasah, namanya Madrasah Al-Wathoniyah cabang dari masjid jami Al-Wthoniyah jadi pengajiannya ada dua tempat di masjid dan madrasah" ujar Abdul Haq

Pengajian Yasinan ini dimulai ba'da maghrib sampai menjelang ba'da isya, yang diawali dengan tawasul terlebih dahulu oleh mudarris, kemudian dilanjutkan dengan membaca surah yasin bersama.

Ketika adzan isya berkumandang dan yasinan belum beres, semua mengajam terlebih dahulu untuk melaksanakan shalat isya setelah pengajian selesai.

"Tujuan diadakan pengajian ini untuk melatih dan membiasakan anak diniyah membaca dan menghafal al-quran khususnya surah yasin, sebab surah yasin ini di kenal dengan hati nya al-quran, dan banyak sekali faedah yang terdapat dalam surah yasin tersebut." pungkasnya.

Reporter : Dedi M. Fajar,  KPI 3/A

Ketua POPTI Jabar Hadir dalam Seminar Pelatihan Thalassemia

Ketua POPTI Jabar, Nunuk Joyo Supeno bersama Ambar


Dakwahpos.com, Bandung- Ketua POPTI Jabar, Nunuk Joyo Supeno ikut menjadi salah seorang peserta dalam acara pelatihan Thalassemia yang disampaikan oleh Ambar dan rekan rekannya dengan dana LP2M, Sabtu (28/10/2016).

Menurut Nunuk, saat mendapat undangan dari Ambar dan mendapat informasi transfusi bisa dijarangkan melalui makanan, beliau tertarik sekali dan segera memberitahukan kepada orang tua penyandang Thalassemia. Tercatat peserta yang mendaftar pelatihan melalui Nunuk 25 orang.

"Mengapa saya sampai sekarang masih memperhatikan Thalassemia? karena saya pernah mengalaminya senidiri, yaitu cucu saya berada di dalam asuhan saya. Cucu pertama saya yang menderita Thalasemia mayor dari umur 18 bulan, dan tiap bulan melakukan transfusi sampai umur 19 tahun, sampai dia lulus SMA, dan pada usia 19 tahun dia meninggal," ujar Nunuk.

Sekarang Nunuk Joyo masih menjadi ketua POPTI, Perhimpunan orang tua penyandang Thalassemia. Organisasi ini sudah menjadi organisasi Internasional. Perhimpunan ini ada di seluruh Indonesia, yang sudah berdiri sejak 1989 yang dulu oleh Eyang Kakung, setelah beliau tidak ada diteruskan oleh Nunuk. Namun POPTI ini tidak langsung diresmikan, setelah beberapa tahun berdiri baru diresmikannya keberadaannya.

POPTI, menurut Nunuk, bertugas mengurus seluruh penderita dan keluhan keluhan orang tua. POPTI membentuk YTI, Yayasan Thalassemia Indonesia cabang Jawa Barat yang di ketuai oleh Harry Respati, Chairul Amri, sekertaris Susi , dan Nunuk sebagai penasehat.

POPTI ini, kata Nunuk, tidak ada perkumpulan rutin atau jadwal yang ditentukan.namun kami bertemu langsung di rumah sakit. Jadi POPTI ini yang akktif, datang ke rumah sakit memberikna arahan, mengingatkan, saran pada seluruh penderita yang akan ditransfusi, layaknya seperti nenek dan cucu.

"Pada tanggal 8 Mei kemarin kita memperinganti hari Thalassmia Day seduinia di Dago dan dihadiri oleh istri gubernur Neti Heryawan. Neti menyanggupi untuk memberikan rumah singgah bagi anak anak Thalassemia, dan sampai sekarang belum ada, sekarang ini saya tagih terus namun mau ketemu susah , " Tutur Nunuk

Nunuk menyampaikan keinginannya mempunyai satu tempat yang dijanjikan Neti. Jadi anak anak thalassmia bisa berkumpul untuk belajar kemampuan seperti merajut ,menyulam, membuat karya yang hasilnya bisa di jual. Karena anak thallasemia untuk mendapatkan pekerjaan di pegawai negeri sipil atau swasta itu akan susah karena harus ada surat keterangan kesehatan.

Reporter: Meri Astuti, KPI/3C
Editor: Uwes Fatoni

Nenda Ruswana: Pesantren Weekend Siapkan Santri Mandiri

Kegiatan pesantren weekend di masjid Manhaj Thulab Manisi, Cibiru, Bandung

Dakwahpos.com, Bandung- Pesantren weekend merupakan salah satu kegiatan keagamaan pesantren mahasiswa mandiri yang biasa diselenggarakan di masjid Manhaj Thulab hari Sabtu dan Ahad, dengan tujuan utamanya membentuk kemandirian.

Santri siap mandiri dalam tiga hal, hal ini dijelaskan oleh Nenda Ruswana, salah satu santri sekaligus mahasiswa UIN Sunan Gung Djati Bandung, yang ikut serta dalam kegiatan pesantren
ini.

"Mandiri di sini mencakup tiga hal, yaitu mandiri spiritul, finansial, dan mental. Spiritual berdasarkan ilmu-ilmu yang dikaji, sedangkan secara finansial kita diajarkan untuk berwirausaha, kemudian secara mental ada pelatihan untuk menjadi trainer. Dengan adanya pesantren weekend, santri pun dituntut siap mandiri," ucap Nenda santri asal Indramayu ini, Kamis (27/10/2016).

Selain itu, menurut Nenda, kemandirian adalah hal terpenting, ini adalah langkah pertama untuk sukses sebelum lulus kuliah. Kemudian, para santri termotivasi dengan ilmu-ilmu yang didapatkan dan tergugah untuk lebih mandiri kedepannya. Setelah berjalannya pesantren weekend, banyak santri yang masih duduk di bangku kuliah namun ia sudah mandiri terutama secara finansial. Dengan membentuk tim, sehingga bisa saling berkarya satu sama lain.

Reporter : Mahmudah, KPI/3B

Antusias Ikuti Pengajian, Jamaah Masjid Al-Hikmah Saling Beri Kontribusi


Dakwahpos.com,Bandung – Masjid Al-Hikmah rutin mengadakan pengajian setiap malam jum'at. Tak hanya itu, kontribusi jamaah terhadap masjid sangat besar dalam hal pemberian konsumsi untuk pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak di masjid al hikamah komplek pilar biru. Dalam hal ini semua warga sangat kompak  memberikan partisipasi.

Masjid Al-Hikamh ini di bilang masjid yang kaya, kaya akan kekompakan jamaah yang memakmurkan kegiatan pengajian yang di laksanakan pada malam jum'at, dengan cara memberikan kue kepada jamaah yang lain.

Hal ini sama seperti sedekah karena memberikan sesuatu hanya ingin memdapatkan ridho  Allah. Dan kerapihan marbot dalam membagi-bagi makanan yang dibawa oleh para jamaah untuk dibagikan kepada jamaah yang lainnya.

"Sebagian Para jamaah selalu hadir  membawa makanan untuk di bagikan, bahkan mereka bisa sampai membawa pulang makanan karena banyak yang tersisa dari pada mubadzir." Ujar Dewi, kamis, (20/10)

Reporter : Ayu Seftiani, KPI/3A






Warga Bangun Masjid Al-Isti Qomah Bermodal Semangat

Masjid Al-Isti Qomah
Dakwahpos.com , Bandung – Peningkatan jumlah masyarakat yang beribadah di kawasan Panyileukan mendorong masyarakatnya untuk membangun Masjid Al-Isti Qomah, yang tepatnya berada di Jalan haji Idris RT 01 Rw 05 Kelurahan Mekarmulya Kecamatan Panyileukan.

Masjid yang sudah melakukan sebanyak 4x renovasi ini, mulanya hanya sebuah mushala kecil yang dikelilingi tanah-tanah kosong pada tahun 1985. Pada saat itu masyarakat yang akan melaksanakan ibadah shalat jum'at maupun shalat idul fitri hanya bisa melaksanakannya di Masjid Darus-Salam yang letaknya tidak jauh dari Masjid Al-Isti Qomah.

Seiring berjalannya waktu peningkatan jumlah masyarakat di kawasan tersebut semakin bertambah. Jama'ah yang beribadah di Masjid Darus-Salam tak sebanding dengan luas masjid tersebut. 

Dari situlah pada tahun 2006, masyarakat sekitar Masjid Al-Isti Qomah yang dihadiri oleh Lurah setempat bermusyawarah dan memutuskan bahwa pada saat itu Mushala Al-Isti Qomah berubah menjadi Masjid Al-Isti Qomah dan mulai saat itu Masjid tersebut akan mengadakan shalat jum'at dan Shalat Idul Fitri. 

"Kita buat surat resmi juga untuk dibagiin ke masjid-masjid deket sini untuk kasih tau bahwa masjid ini sekarang akan dilaksanakan shalat jumat dan shalat idul fitri, "ucap DKM masjid Al-Isti Qomah, Iskandar Dahlan, Senin (24/10/2016).

Sejak saat itu pembangunan pun giat dilakukan oleh warga setempat dengan didanai dari pemda, warga setempat, dan donatur yang sukarela.

"Untuk yang ke pemda sama donatur kita ngasihin proposal. Donatur itu kayak missal kita punya temen di luar kota nah kita bukan minta tapi kita ngasihin proposal aja siapa tau mau menyumbang entah tenaga, pikiran maupun uang. Jadi kita bukan kayak yang pakai mobil minta-minta sumbangan." Ujarnya. 

Berawal dari semangat warganya untuk membesarkan masjid tersebut. Sampai saat ini Masjid Al-Isti Qomah pun sudah menjadi masjid jami yang aktif dalam melaksanakan kegiatan apapun terkait keagamaan.

Reporter:  Ayu Kania Kpi 3/A

Pelatihan Thalassemia Dapat Respon Positif Peserta

Foto Bersama Setelah Pelatihan Thalassemia


Dakwahpos.com, Bandung- Pelatihan Thalassemia yang diselenggarakan oleh Ambar, dosen Psikologi UIN Bandung bekerjasama dengan LP2M  UIN Bandung mendapatkan respon positif dari para peserta.

Pelatihan Thalassemia ini baru pertama kali di selenggarakan sebagi bentuk pengabdian dosen terhadap masyarakat. Seminar pelatihan ini berlangsung selama dua hari, 29-30 oktober 2016. Pelatihan hari kemarin, Ahad (30/10) membahas tentang makanan yang baik untuk para pengidap penyakit thalassemia. Para peserta yang merupakan orang tua penyandang Thalessemia terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Mereka kemudian bergabung dalam tim Sosialisasi yang diberi nama " Memutus Mata Rantai Thalassemia".

Menurut Sri, salah seorang peserta, pelatihan ini sangat bagus karena dapat membantunya dalam menjaga anaknya yang juga mengidap Thalassemia.

Ambar memberikan semangat untuk semakin sabar menghadapi
dan menerima semuanya. Karena tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya kecuali penyakit tua.

Pada Awalnya Sri sering mendatangi pusat pengobatan tradisonal. Namun sekarang, ia mulai terbuka melakukan pengobatan medis tanpa meninggalkan pengobatan tradisional. Semua itu, ungkapnya, dilakukan semata untuk kesembuhan sang putra tercinta

"Anak saya dari usia 4 tahun menderita Thalassemia. Sekarang usia anak saya sudah 15 tahun. Saya selau mengatur tranfusinya dengan baik. Dan besok saya juga akan mengajak anak saya untuk menghadiri pelatihan ini, agar anak saya mengetahui lagi tentang apa yang baik untuknya," ungkap Sri.

Lebih lanjut Sri mengungkapkan, ia sangat senang dengan adanya pelatihan ini. Ia menjadi perhatian dalam menjaga asupan makanan dan mengurangi kegiatan untuk transfusi. Hal itu dibuktikannya dengan memesan penyedap rasa yang diracik sendiri oleh Ambar. Meski harganya terbilang mahal dibanding penyedap rasa yang dijual eceran namun Sri tetap membelinya. "Demi kesehatan harga mahal bukanlah masalah," ucapnya.

"Saat saya mengetahui bahwa anak saya dinyatakan positif Thalassemia, dunia ini sekan- akan runtuh. Saya berpikir mengapa harus saya. Saya juga melakukan berbagi macam pengobatan dan pergi ke sana ke mari, bahkan sampai melakukan pengobatan yang tidak masuk akal yaitu memindahkan penyakit anak saya kepada kambing, namun sekarang Allahmdulillahnya anak saya pun sudah menerima kondisinya," pungkasnya.

Reporter : Meri Astuti KPI/3C
Editor: Uwes Fatoni

Pelatihan Thallasemia Dapat Respon Positif Peserta



Dakwahpos.com, Bandung- Pelatihan Thalassemia yang diselenggarakan oleh Ambar, dosen Psikologi UIN Bandung bekerjasama dengan LP2M  UIN Bandung mendapatkan respon positif dari para peserta.

Pelatihan Thalassemia ini baru pertama kali di selenggarakan sebagi bentuk pengabdian dosen terhadap masyarakat. Seminar pelatihan ini berlangsung selama dua hari, 29-30 oktober 2016. Pelatihan hari kemarin, Ahad (30/10) membahas tentang makanan yang baik untuk para pengidap penyakit thalassemia. Para peserta yang merupakan orang tua penyandang Thalessemia terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Mereka kemudian bergabung dalam tim Sosialisasi yang diberi nama " Memutus Mata Rantai Thalassemia".

Menurut Sri, salah seorang peserta, pelatihan ini sangat bagus karena dapat membantunya dalam menjaga anaknya yang juga mengidap Thalassemia.

Ambar memberikan semangat untuk semakin sabar menghadapi
dan menerima semuanya. Karena tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya kecuali penyakit tua.

Pada Awalnya Sri sering mendatangi pusat pengobatan tradisonal. Namun sekarang, ia mulai terbuka melakukan pengobatan medis tanpa meninggalkan pengobatan tradisional. Semua itu, ungkapnya, dilakukan semata untuk kesembuhan sang putra tercinta

"Anak saya dari usia 4 tahun menderita Thalassemia. Sekarang usia anak saya sudah 15 tahun. Saya selau mengatur tranfusinya dengan baik. Dan besok saya juga akan mengajak anak saya untuk menghadiri pelatihan ini, agar anak saya mengetahui lagi tentang apa yang baik untuknya," ungkap Sri.

Lebih lanjut Sri mengungkapkan, ia sangat senang dengan adanya pelatihan ini. Ia menjadi perhatian dalam menjaga asupan makanan dan mengurangi kegiatan untuk transfusi. Hal itu dibuktikannya dengan memesan penyedap rasa yang diracik sendiri oleh Ambar. Meski harganya terbilang mahal dibanding penyedap rasa yang dijual eceran namun Sri tetap membelinya. "Demi kesehatan harga mahal bukanlah masalah," ucapnya.

"Saat saya mengetahui bahwa anak saya dinyatakan positif Thalassemia, dunia ini sekan- akan runtuh. Saya berpikir mengapa harus saya. Saya juga melakukan berbagi macam pengobatan dan pergi ke sana ke mari, bahkan sampai melakukan pengobatan yang tidak masuk akal yaitu memindahkan penyakit anak saya kepada kambing, namun sekarang Allahmdulillahnya anak saya pun sudah menerima kondisinya," pungkasnya.

Reporter : Meri Astuti KPI/3C
Editor: Uwes Fatoni

Ibu-Ibu Kaji Ilmu Agama di Masjid Al-Mubarok Cibiru Hilir

Mengkaji Ilmu Agama di Masjid Al-Mubarok



Dakwahpos.com, Bandung - Masjid Al-Mubarok Cibiru Hilir ini mempunyai kegiatan-kegiatan positif  yaitu Pengajian rutinan Ibu-Ibu. Sebelumnya pengajian dilaksanakan setiap hari Rabu dan Minggu kemudian jadwalnya dipindahkan menjadi hari jum'at dan minggu.

Biasanya pengajian dimulai setiap ba'da dhuhur dan selesai ba'da ashar.Pengajian ini di pimpin oleh 6 ustadz termasuk ustadz Lily selaku ketua DKM Masjid AL-Mubarok.Disini para pengajar selalu memberikan materi yang sedang terkenal di kalangan masyarakat akhir-akhir ini.kemudian setelah selesainya pengajian selalu ada sesi tanya jawab baik dalam tema atau diluar tema itu sendiri.

Sistem pengajian ini dilakukan secara berkeliling dari masjid Al-mubarok ke masjid lain yang berada di sekitar cibiru.Rata-rata jamaah yang mengikuti pengajian ini adalah 60 orang yang akan tetapi jamaah selalu bertambah apabila ada acara PHBI.

Dulu di masjid Al-mubarok ada beberapa remaja yang mengikuti pengajian ini,namun seiring bergantinya waktu para remaja itu 1 per 1 mulai meninggalkan pengajian.Pengajian ini selalu mengadakan infaq untuk membuat seragam,untuk fasilitas masjid dan lain-lain.

Sebelum pengajian dimulai selalu diawali dengan pembacaan shalawat dan dan dzikir sambil menunggu ustadz datang.'' Harapan untuk Pengajian selanjutnya semoga pengajian ini bisa istiqomah dan jamaahnya semakin bertambah'' ucap Salah satu jamaah masjid Al-Mubarok.

Reporter: Riefka Annisa, KPI/3C

Cecep: Tidak Ada yang Bisa Menandingi Hukum Allah



Dakawahpos.com, Bandung- Miftahul Jannah kembali menyelenggarakan pengajian rutin, Selasa
(25/10/2016). Ustadz Cecep dalam pengajian kali ini membahas surat Al-Baqarah ayat 178 tentang Qisas.

Menurut Cecep dalam Qisas ada kehidupan karena akan menafikan pembunuhan yang membuat seseorang akan berpikir dua kali untuk membunuh. Jika hukum Qisas ini diterapkan akan meminimalisir
kejahatan.

"Tidak ada yang bisa menandingi hukum dalam Al-Quran, hukum yang Allah buat tidak akan ada kekeliruan, berbeda dengan hukum yang di buat oleh manusia. Sungguh tidak ada tandingannya sedikit pun, " Ujar
Cecep.

Orang orang yang tidak setuju dengan hukum Al-Quran, menurut Cecep adalah orang orang yang yang ketakutan, karena mereka yang akan  melakukan kejahatan-kejahatan itu, jika orang yang tidak berniat untukmelakukan kejahatan tidak mungkin orang itu akan takut.

Hukum qisas ini menurutnya tidak semata mata berlaku untuk semua kejahatan, misal mencuri sendal tidak perlu diqisas. Terdapat ketentuan mencuri 24 gram emas itu baru diterapkan hukum qisas.

Reporter : Meri Astuti KPI/3C

Lebih dari Tujuh Tahun, Masjid Miftahul Jannah Laksanakan Pengajian Tafsir Quran

Kitab Suci Quran


Dakwahpos.com, Bandung- Pengajian tafsir Al-Quran di masjid Miftahul Jannah sudah berlangsung lebih dari tujuh tahun. Pengajian ini dikhususkan untuk bapak-bapak yang rutin dilaksankan pada malam Rabu.

Menurut Samsul, salah satu jam'ah dikajian tafsir tersebut mengungkapkan, sudah tujuh tahun lebih mengaji tafsir namun baru samapai surat Al-Baqarah ayat 178, dikarenakan setiap malamnya hanya membahas satu ayat yang dibahas sampai tuntas.

"Pembahasaannya sangat jelas, dan ustadznya sangat cerdas yang membuat penjelasan yang beliau paparkan sangat mudah dimengerti" ujar Musi saat diwawancara oleh Dakwahpos di Miftahul Jannah. Rabu (25/10/2016).

Meski setiap malamnya hanya membahas satu ayat, namun bapak bapak di komplek Panghegar sangat anutusias, meski hujan mereka tetap datang untuk mengikuti pengajian itu.

Pengajian tafsir ini dirasakan sangat bermanfaat. Bapak bapak di Komplek Panghegar terlihat  tidak bosan dalam mengaji tafsir Quran bersama ustadz Cecep.

Reporter : Meri Astuti KPI/3C

Seminar Nasional & Annual Meeting Nun, Jurnal Studi Alquran dan Tafsir Nusantara


Masjid Miftahul Huda Rutin Selenggarakan Pengajian Sore

Pengajian Anak di Masjid Jami Miftahul Huida
Dakwahpos.com, Bandung - Masjid Jami Miftahul Huida menyelenggarakan pengajian sore bagi anak-anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) dari kelas satu sampai kelas tiga SD. Namun ternyata tak hanyadari kalangan SD, ada juga anak dibawah enam tahun yaitu anak-anak TK.

"Pengajian ini diadakan setiap hari setelah shalat Ashar sampai menjelang Maghrib, pendidikan yang diberikan pun baru mengenalkan huruf-huruf hijaiyah atau bacaan Iqra serta memberikan beberapa pejelasan mengenai ilmu fiqh sedikit demi sedikit". ujar Iyus, Jum'at (28/10) saat diwawancarai Dakwahpos.com di masjid setelah shalat Ashar.

Selain itu, Iyus mengatakan, pengajian ini dilakukan untuk mendidik anak-anak warga sekitar guna memberikan ilmu yang bermanfaat, sekaligus bekal untuk anak-anak warga Perumahan Bumi Panyileukan
ke depannya, agar dapat menjadi pribadi yang islami.

Hal ini dilakukan untuk mencegah anak-anak Perumahan Bumi Panyileukan dari pergaulan bebas yang terjadi pada kalangan anak remaja, sehigga dilaksanakan pengajian ini untuk pembentukan karakter anak-anak agar lebih memperhatikan lingkungan disekitarnya.

Selain itu anak-anak menjadi lebih ceria dan tak bosan untuk mengaji, selain bertemu kembali bersama teman-teman sebayanya, mereka dapat berbaur satu sama lain dengan temannya yang berada disekitar Perumahan Bumi Panyileukan.

Metode yang dilakukan pun dengan cara belajar dan dibarengi bermain, sehingga anak-anak tidak bosan untuk mengaji, mengaji, dan mengaji.

Reporter : Ari Rahmat Santosa, KPI/3A
© Vokaloka 2023